Sabtu, 29 September 2012

JAMINAN PERLINDUNGAN ALLAH TERHADAP DAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN NABI MUHAMMAD SAW (TAFSIR SURAT AL-HIJR AYAT 94-96)


بسم الله الرحمن الرحيم
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ
الَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

Surat Al-Hijr merupakan surat yang ke 15, terdiri dari 99 ayat. Al-Hijr berarti “Batu Besar” atau “Batu Gunung”. Dia pun menjadi nama dari negeri kediaman kaum Tsamud yang didatangi oleh Nabi Shalih AS, satu di antara nabi-nabi yang dibangkitkan di kalangan bangsa Arab. Disebut tempat tinggal kamu Tsamud itu dengan al-Hijr, karena negeri mereka terjadi dari lembah-lembah dan gunung-gunung batu. Tetapi mereka mempunyai kepintaran membangun rumah-rumah dan gedung-gedung yang indah megah, yang dapat mempertalikan bukit-bukit dengan lembah, dan dapat memahat batu-batu gunung itu untuk bangunan.[1]
Pada ayat ke-94 berbunyi yang artinya “Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”.
Ibnu Abbas berkata, “Ayat Tentang فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ ‘Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperientahkan (kepadamu)’, maknanya adalah, tindak lanjuti apa yang diperintahkan kepadamu.”[2]
Ibnu Al A’rabi berkata, “Makna اِصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ  Sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu),’ adalah sasarlah. Dikatakan فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu),” maksudnya, pencarkan persekutuan dan kesatuan mereka dengan menyerukan kepada tauhid, sesungguhnya mereka itu terpecah-pecah dengan sebagian yang menyambut”.[3]
Firman Allah : وَأَعْرِضْ عَنِ المُشْرِكِيْنَ Dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”. Tentang ayat yang mulia ini, ada dua pendapat yang masyhur di kalangan ulama :
Pertama, makna ayat ini adalah jangan pedulikan pendustaan dan olok-olok mereka serta jangan pula hal itu menyusahkanmu, sesungguhnya Allah yang menjagamu dari mereka. Jadi makna ayat menurut penakwilan ini adalah sampaikanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan kepadamu, yakni sampaikanlah risalah Tuhanmu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik, yakni jangan pedulikan dan takut kepada mereka. Makna ini adalah seperti halnya firman Allah :
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
Artinya : “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia” (QS. Al Maidah ; 67)
Kedua, bahwa Nabi SAW pada mulanya diperintahkan untuk berpaling dari orang-orang musyrik, kemudian perintah itu dihapus dengan ayat-ayat perang. Diantara ayat-ayat yang menunjukkan hal itu adalah firman-Nya
اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
“Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu ; tidak ada Tuhan selain Dia; dan berkadpalinglah dari orang-orang musyrik” (QS. Al-An’am ; 106), dan firman-Nya
فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَانْتَظِرْ إِنَّهُمْ مُنْتَظِرُونَ
“Maka berpalinglah kamu dari mereka dan tunggulah, sesungguhnya mereka (juga)menunggu” (QS. As-Sajdah ; 30), dan firman-Nya
فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
“Maka berpalinglah (Hai Muhammad) dari orang-orang yang berpaling dari peringatan Kami dan tidak mengingini kecuali kehidupan dunia” (QS. An-Najm ; 29), dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya.[4]

Pada ayat ke 95 yang artinya, “Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olok (kamu)”. Allah terangkan dalam ayat yang mulia ini, Dia memelihara Nabi-Nya dari orang-orang yang memperolok-oloknya, yaitu kaum Quraisy. Di tempat lain disebutkan kalau Allah juga menjaganya dari selain mereka, seperti firman-Nya tentang Ahli Kitab,  فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka.” (QS. Al-Baqarah : 137), dan firman-Nya ألَيْسَ اللهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-Nya.” (QS. Az-Zumar : 36), dan ayat-ayat lainnya.[5]
Pada ayat ke 96 yang artinya ,”(Yaitu) orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain disamping Allah; maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya)”. Ini adalah ancaman Allah kepada orang-orang yang mengolok-olok, karena Allah telah mengabarkan kepada Nabi-Nya bahwa Dia melindungi beliau dari kejahatan mereka, “Kami telah melindungimu, wahai Muhammad, dari orang-orang yang mengolok-olokmu, dan menjadikan sekutu bagi Allah dalam ibadah kepada-Nya. Kelak mereka mengetahui adzab Allah yang mereka terima saat kembali kepada-Nya pada Hari Kiamat, serta bencana yang menimpa mereka”.[6]
Dari penjelasan beberapa tafsir yang dikutip di buku-buku tafsir yang ada, dapat disimpulkan bahwa surat Al-Hijr ayat 94-96 ini membahas tentang dakwah Nabi secara terang-terangan dan jaminan perlindungan Allah terhadap dakwah secara terang-terangan yang dilakukan oleh Nabi. Sebelum ayat ini turun, Nabi SAW berdakwah secara sembunyi-sembunyi, yang dilakukan kepada keluarganya dan orang-orang terdekatnya saja. Karena jika Nabi langsung berdakwah secara terang-terangan (yang pada waktu itu notabene lebih banyak orang kafirnya) maka dakwahnya akan langsung dihabisi oleh para orang kafir tersebut. Untuk menjaga keselamatan dirinya, maka Nabi melakukan syi’ar Islamnya secara sembunyi-sembunyi. Namun, setelah ayat ini turun, maka Nabi langsung melakukan dakwahnya secara terang-terangan. Nabi SAW berani melakukan dakwah secara terang-terangan karena Allah sudah menjamin keselamatan dirinya selama berdakwah.
Dalam surat al-Hijr ayat 94-96 ini dijelaskan tentang kewajiban yang ditujukan untuk Nabi Muhammad SAW. Walaupun dalam konteks nya kewajiban itu ditujukan kepada Nabi, tetapi dalam pelaksanaannya bukan hanya Nabi saja yang berkewajiban untuk mensyi’arkan Islam, melainkan seluruh ummat Islam pun berkewajiban untuk berdakwah mensyi’arkan agama Allah ini. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al-Imran : 110)
Dari ayat diatas, telah jelas bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik. Maka dari itu umat Islam harus menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Artinya, setiap muslim itu hendaknya saling mengingatkan untuk saling berbuat kebaikan dan mencegah dari perbuatan yang buruk. Jika kita belum sanggup untuk mengingatkan kepada orang lain, minimal sekali kita harus bisa mengingatkan diri kita sendiri untuk dapat selalu berbuat kebaikan dan sebisa mungkin tidak melakukan apa yang telah dilarang oleh Allah SWT. Jika kita bisa mengendalikan diri kita untuk dapat selalu berbuat kebaikan, maka otomatis kita akan dapat menjadi contoh bagi orang-orang terdekat kita untuk dapat melakukan hal yang serupa. Dan akhirnya orang-orang yang terdekat kita pun ikut melakukan hal-hal kebaikan juga. Dan secara tidak langsung pun kita sudah mensyi’arkan ajaran Islam kepada orang lain. Janganlah takut untuk berdakwah mengingatkan kebaikan dan melarang kepada keburukan, karena Allah telah menjamin umatnya yang menolong agama-Nya. Seperti dalam firman Allah SWT,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
Dalam ayat diatas diterangkan bahwa barangsiapa orang mukmin yang menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolongnya. Ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang berani mensyi’arkan agama Allah, maka Allah pun tidak segan-segan untuk menolong hamba-Nya.


[1] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta ; PT. Pustaka Panjimas), hal 168
[2] Ali bin Abi Thalhah, Tafsir Ibnu Abbas, (Jakarta ; Pustaka azzam, 2009), hal 463
[3] Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi (Jakarta ; pustaka azzam, 2008), hal 150
[4] Syaikh Asy-Syanqithi, Tafsir Adhwa’ul Bayan (tasir Al Qur’an dengan Al Qur’an), (Jakarta ; Pustaka Azzam, 2007), hal 333
[5] Ibid, hal 334
[6] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, hal 947

Tidak ada komentar:

Posting Komentar