A.Perbandingan
Peradaban Islam dan Eropa Abad Pertengahan
Pada
abad pertengahan yaitu abad ke-10 Masehi (ke-4 Hijriah) terdapat perbedaan yang
sangat besar antara kota dunia Islam dengan Kota Dunia Barat. Dunia Islam
dengan peradaban , kehidupan, dan kekuatan yang gemilau. Dan dunia Barat dengan
dunianya yang primitive sama sekali tidak ada kesan kehidupan, peradaban, dan
ilmu pengetahuan.
1. Keadaan
dunia Eropa yang Primitif
Dalam
buku sejarah umum karya Lavis dan Rambou dijelaskan bahwa Inggris Anglo-Saxon
pada abad ke-7 M hingga sesudah abad ke-10 M merupakan negeri yang tandus,
terisolir, kumuh dan liar. Rumah-rumah dibangun dengan batu kasar tidak dipahat
dan diperkuat dengan tanah halus. Rumah-rumah itu berpintu sempit, tidak
terkunci kokoh dan dinding serta temboknya tidak berjendela.
Tempat
kediaman dan keamanan manusia tidak lebih baik dari hewan. Kepala suku tinggal
di gubuknya bersama keluarga, pelayan dan orang-orang yang punya hubungan
dengannya. Mereka berkumpul di sebuah ruangan besar. Di bagian tengahnya
terdapat tungku yang asapnya mengepul lewat lobang tembus yang menganga di
langit-langit.
Mereka
tidak mengenal kebersihan. Kotoran hewan dan sampah dapur dibuang di depan
rumah sehingga menyebarkan bau-bau busuk yang meresahkan. Satu keluarga semua
anggotanya (laki-laki, perempuan dan anak-anak) tidur di satu kamar bahkan
seringkali binatang-binatang piaraan dikumpulkan bersama mereka. Tempat tidur
mereka berupa sekantung jerami yang di atasnya diberi sekantung bulu domba
sebagai bantal. Jalan-jalan raya tiada ada saluran airnya, tidak ada batu-batu
pengeras dan lampu. Kota terbesar di Eropa berpenghuni tidak lebih dari 25.000
orang. Begitulah keadaan bangsa Barat pada abad pertengahan sampai abad ke-11
Masehi, menurut pengakuan para sejarawan mereka sendiri.
2. Dunia Islam
Abad Pertengahan
Beralih
menuju peradaban dunia Timur yang kontras perbandinganya dengan peradaban dunia
Barat. kota-kota besar Islam itu seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba, Granada
dan Sevilla.
a. Cordoba
Di
masa Abdurrahman III dari Bani Umayyah Cordoba adalah ibukota Andalus yang
muslim. Malam hari kota itu diterangi lampu-lampu sehingga pejalan kaki
memperoleh cahaya sepanjang sepuluh mil tanpa terputus. Lorong-lorongnya
dialasi dengan batu ubin. Sampah-sampah disingkirkan dari jalan-jalan.
Penduduknya lebih dari satu juta jiwa (pada masa itu kota terbesar di Eropa
penduduknya tidak lebih dari 25.000 orang). Rumah-rumah penduduknya berjumlah
283.000 buah. Gedung-gedung sebanyak 80.000 buah, masjid ada 600 buah dan luas
kota Cordoba adalah delapan farsakh (30.000 hasta). Masyarakat disitu semua
terpelajar. Di pinggiran kota bagian timur terdapat 170 orang wanita penulis
mushaf dengan Khat Kufi. Di seluruh Cordoba terdapat lima puluh rumah sakit dan
delapan puluh sekolah. Orang-orang miskin menuntut ilmu secara cuma-cuma.
Adapun
mesjidnya sampai sekarang bekas-bekasnya masih merupakan bukti abadi dalam seni
dan kreasi. Tinggi menaranya 40 hasta dengan kubah yang menjulang berdiri di
atas batang-batang kayu berukir yang ditopang oleh 1093 tiang yang terbuat dari
berbagai macam marmer berbentuk papan catur. Di malam hari masjid itu diterangi
dengan 4.700 buah lampu. Menurut sejarawan Barat mihrabnya merupakan fenomena
paling indah yang terlihat mata manusia. Tidak ada dalam peninggalan manapun
(entah klasik atau modern) yang melebihi keindahan dan keagungannya.
Di
Cordoba terdapat istana Az-Zahra yang abadi dalam sejarah karena nilai seni dan
kecanggihannya sehingga sejarawan Turki, Dhiya Pasya, mengatakan bahwa istana
itu merupakan keajaiban jaman yang belum pernah terlintas imajinasinya dalam
benak para arsitek sejak Allah menciptakan alam. Pembangunan Az-Zahra memakan
waktu empat tahun. Rata-rata batu yang dipahat setiap hari sebanyak 6.000 buah
di samping batu-batu yang dipakai untuk pengerasan lantai. Buruh yang bekerja
di situ berjumlah 10.000 orang setiap hari, dibantu oleh 1400 ekor bagal, dan
setiap hari dipasok 1.100 muatan bata dan gamping. Di istana agung inilah
khalifah Al-Mustansir (tahun 351 H) menyambut raja Spanyol Kristen, Ardoun
Alfonso. Ketika memasuki Az-Zahra raja Spanyol itu tercengang melihat kemegahan
dan keagungan istana tersebut, begitu pula ketika melihat para pelayan, laskar
dan senjata-senjatanya.
b. Granada
Di Granada
tersingkap keagungan bangunan dalam istana Al-Hamra yang merupakan lambang
keajaiban yang mencengangkan orang-orang yang melihatnya dan menjadi pusat
perhatian para wisatawan dari manca Negara. Istana ini didirikan di atas bukit
yang menghadap ke kota Granada dan hamparan ladang yang luas dan subur yang
mengelilinginya kota itu sehingga tampak sebagai tempat terindah di dunia.
Disitu terdapat ruangan yang banyak, antara lain ruang Al Aswad, ruang Al
Ukhtain, ruang keadilan dan ruang para duta.
Senandung
penyair Perancis, Victor Hugo yang mengatakan 'Wahai Al Hamra! Wahai istana
yang dihias oleh malaikat seperti kehendak khayalan, dan dijadikannya lambang
keserasian! Wahai benteng yang memiliki kemuliaan, yang dihias dengan ukiran
dan lukisan, bak bunga-bunga dan ranting-ranting yang rindang menggelantung!
Tatkala sinar rembulan yang keperak-perakan memantul pada dinding-dindingmu,
dari sela-sela bangunan Arab-mu, terdengar bagimu di malam hari suara yang
menyihir akal'.
c. Sevilla
Di
kota Sevilla terdapat 6000 alat tenun untuk sutera saja. Setiap penjuru kota
Sevilla dikelilingi pohon-pohon zaitun, dan karena itulah di situ terdapat
100.000 tempat pemerasan minyak zaitun. Setiap kota terkenal dengan berbagai
macam industrinya. kota-kota itu terkenal dengan pabrik-pabrik baju besi, topi
baja, dan alat perlengkapan baja lainnya sehingga orang-orang Eropa datang dari
setiap tempat untuk membelinya. Renault berkata, Ketika bangsa Arab menyerbu
Perancis Selatan dari Andalus dan menaklukkan kota-kota Narbonne, Avignon,
Lion, dan lain-lain, mereka dilengkapi dengan senjata-senjata yang tak dimiliki
bangsa Eropa.
d. Baghdad
Sebelum
dibangun oleh Al Mansur, khalifah Abbasiah yang tersohor, Baghdad yang ketika
dibangun daerah yang sempit dan kecil. Al Mansur bertekad bulat membangunnya,
ia lalu mendatangkan insinyur-insinyur teknik, para arsitek dan pakar-pakar
ilmu ukur. Kemudian ia melakukan sendiri peletakan batu pertama dalam
pembangunan .
Seluruh
biaya yang dibelanjakan untuk membangun Baghdad mencapai 4.800.000 dirham,
sedang jumlah pekerja yang bekerja di situ mencapai 100.000 orang. Terdapat 11
sungai cabang yang airnya mengalir ke seluruh rumah-rumah dan istana-istana
Baghdad. Tempat mandinya mencapai 60.000 buah dan di akhir masa pemerintahan
Bani Abbas jumlah ini berkurang menjadi hanya beberapa puluh ribu buah.
Masjid-masjid mencapai 300.000 buah. Abu Bakar Al Khatib berkata,”Belum pernah
bagi Baghdad ada bandingannya di dunia ini dalam hal keagungan martabatnya,
kebesaran pengaruhnya, banyak ulama dan cendekiawannya, pengistimewaan kaum
intelektual dan kaum awamnya, keluasan wilayah dan batas-batasnya, banyaknya
tempat tinggal dan rumah, jalan dan pintu gerbang, pasar-pasar dan tempat
pertemuan, lorong-lorong dan jalan raya, masjid-majid dan tempat pemandian,
hotel-hotel, dan tempat penginapannya, juga kenyamanan udaranya, kesegaran
airnya, kesejukan tempat pernaungan-nya, keseimbangan musim panas dan musim
dinginnya, kesempurnaan musim semi dan musim rontoknya, pertumbuhan yang
terbatas dari jumlah penduduknya”.
B.Faktor-Faktor
yang Menjadikan Peradaban Islam`Unik`
Yang
paling menarik perhatian para peneliti terhadap peradaban kita adalah beberapa
karakteristik yang membuat peradaban kita menjadi unik, antara lain:
1. Berasas
Tauhid
Peradaban
kita berpijak pada asas wahdaniah (ketunggalan) yang mutlak dalam aqidah.
Peradaban kita adalah peradaban pertama yang menyerukan bahwa Tuhan itu satu
dan tidak mempunyai sekutu dalam kekuasaan dan kerajaanNya. Hanya Dia yang
disembah dan hanya Dia yang dituju oleh kalimat Hanya kepada-Mu kami menyembah
dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan (Iyyaaka na`budu wa iyyaaka nas
ta`iin). Ketinggian dalam memahami wahdaniah ini mempunyai pengaruh besar dalam
mengangkat martabat manusia, dalam membebaskan rakyat jelata dari kezaliman
raja, pejabat, bangsawan dan tokoh agama. Tidak itu saja, tapi wahdaniah ini
juga berpengaruh besar dalam meluruskan hubungan antara peguasa dan rakyat,
dalam mengarahkan pandangan hanya kepada Allah semata sebagai pencipta mahkluk
dan Robb adalah Islam yang hampir membedakannya dari seluruh peradaban baik
yang telah berlalu maupun yang akan datang, yakni kebebasannya dari setiap
fenomena paganisme (paham keberhalaan) dalam aqidah, hukum, seni, puisi dan
sastra.
2.
Kosmopolitanisme
Peradaban
Islam bervisi kosmopolitan. Qur`an telah menyatakan kesatuan jenis manusia
meskipun berbeda-beda asal-usul keturunan, tempat tinggal dan tanah airnya. Hal
ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta`ala: `Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. sesungguhnya orang yang paing mulia di antara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.`(Al Hujurat 13)
Ketika
menyatakan kesatuan manusia yang kosmopolitan di atas jalan kebenaran,
kebaikkan dan kemuliaan, Al-Qur`an telah menjadikan peradaban Islam sebagai
simpul yang menghimpun semua kejeniusan bangsa-bangsa dan potensi umat yang
bernaung di bawah panji-panji peradaban Islam. Setiap peradaban dapat
membanggakan tokoh-tokoh jenius hanya dari putera-puteranya yang satu ras dan
satu umat tetapi peradaban Islam tidak demikian. Peradaban Islam tidak mengenal
nation yang kecil dan terpecah-pecah. Sebaliknya, peradaban Islam menyatukan
umat manusia dari beragam latar belakang ras, bangsa, wilayah geografis,
keturunan dan beragam bahasa. Tanpa menghilangkan jati diri dan identitas
masing-masing.
3. Berasas Pada
Moral Yang Agung
Peradaban
kita tidak pernah lepas dari prinsip-prinsip moral ini. Bahkan moral menjadi
ciri khas peradaban Islam. Para penyebar Islam ke berbagai negeri justru
menjadi guru dalam bidang moral buat setiap negeri yang dimasukinya. Peradaban
Islam sungguh kontras peradaban Barat hari ini yang gencar mengekspor free sex,
lesbianisme, homoseksual, hedonisme dan dekadensi moral. Peradaban barat telah melahirkan anak-anak
yang tidak pernah tahu siapakah ayah mereka, karena mereka lahir dari rahim
wanita-wanita yang terbiasa berzina dengan sejumlah besar laki-laki. Dan wajar
pula bila penyakit AIDS yang mematikan lahir di peradaban mereka. Peradaban
Islam mengajarkan persamaan derajat manusia. Menghormati dan memuliakan wanita
serta menempatkan pada posisi yang sangat penting. Mengharamkan protitusi baik
resmi maupun terselubung. Mengharamkan zina dan perselingkuhan.
4. Menyatukan
Agama dan Negara
Peradaban
Islam mampu menciptakan tatanan negara dengan berpijak pada prinsip-pinsip
kebenaran dan keadilan, bersandar pada agama dan aqidah tanpa menghambat
kemajuan negara dan kesinambungan peradaban. Peradaban Islamlah satu-satunya
peradaban yang tidak memisahkan agama dari negara, sekaligus selamat dari
setiap tragedi percampuran antara keduanya sebagaimana yang dialami Eropa pada
abad-abad pertengahan. Kepala negara adalah khalifah dan amir bagi orang-orang
mukmin, tetpi kekuasaan disisinya adalah untuk kebenaran. Adapun pembuatan
undang-undang diserahkan kepada pakar-pakarnya Setiap kelompok ulama (ilmuwan)
mempunyai spesialisai sendiri-sendiri, dan semua sama di hadapan undang-undang
keutamaan yang satu atas yang lainnya ditentukan oleh taqwa dan pengabdian umum
kepada manusia, sebagaimana yang pernah di ucapkan Rasulullah Saw megenai
keadilan dalam perundang-undangan ini. Beliau berkata: “Demi Allah, andaikata
Fatimah, putri Muhammad mencuri, pasti Muhammad memotong tangannya.”(HR.Bukhari
dan Muslim)
5. Toleransi
Yang Mulia
Peradaban
kita mempunyai toleransi keagamaan yang mengagumkan, yang tidak pernah dikenal
oleh peradaban lain yang juga berpijak kepada agama. Orang yang tidak percaya
kepada semua agama atau Tuhan tidak tampak aneh jika ia memandang semua agama
berdasarkan pengertian yang sama serta memperlakukan pemeluk-pemeluknya dengan
ukuran yang sejajar. Tetapi pemeluk agama yang meyakini bahwa agamanya benar
dan aqidahnya paling lurus dan syah, kemudian dia diberi kesempatan untuk
memanggul senjata, dan meduduki kursi pengadilan dan kesempatan itu tidak
membuatnya zalim atau menyimpang dari garis-garis keadilan, atau tidak
menjadikan dia memaksa manusia untuk mengikuti agamanya, maka orang semacam ini
sungguh sangat aneh ada dalam sejarah. Peradaban kita menjadi unik dalam
sejarah karena mendirikannya adalah satu agama tetapi keberadaannya untuk
agama-agama lain seluruhnya. Semua karakteristik dan keistimewaan itu mejadikan
peradaban kita sebagai objek kekaguman dunia menjadi pusat perhatian
orang-orang merdeka dan cendekia dari setiap ras dan agama.
Ketika
perdaban kita kuat, ia memerintah, mengarahkan, mendidik dan mengajarkan ilmu,
tetapi tatkala ia runtuh dan peradaban lain sesudahnya berdiri maka muncullah
berbagai pandangan menilai perdaban kita. Ada yang membicarakan keutamaannya
dan ada pula yang berlebihan dalam mencelanya. Barangkali alasan
pencela-pencela itu ialah bahwa peradaban kita tidak ada artinya jika
dibandingkan dengan mutiara-mutiara peradaban modern serta penemuan dan
penaklukannya dalam cakrawala ilmu pengetahuan modern. Kendati ini benar tapi
tetap tidak layak mencela peradaban kita karena:
1. Setiap
peradaban mengandung dua unsur yaitu unsur moral spiritual dan unsur material.
Mengenai unsur
material, tidak di ragukan lagi. Kemajuan yang diciptakan oleh peradaban kita
berupa sarana-sarana kehidupan dan fenomena-fenomena peradaban yang belum
pernah dikenal sama sekali oleh peradaban-peradaban terdahulu. Adapun unsur
moral spiritual adalah unsur yang mengekalkan peradaban-peradaban dan menjadi
sarana untuk menaikkan risalah membahagiakan manusia dan menjauhkannya dari
penderitaan dan momok yang menakkutkan. Di bidang ini peradaban kita telah
mengungguli setiap peradaban dan mencapai batas yang tak ada bandingannya dalam
masa sejarah manapun.
2. Peradaban
tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lainnya dari ukuran material atau
dengan hitungan jumlah dan luas, atau dengan kemewahan material dalam
penghidupan, makanan dan minuman, tetapi peradaban harus dibandingkan menurut
pengaruh-pengaruh yang ditinggalkannya dalam sejarah kemanusiaan.
C.Pengaruh
Abadi Peradaban Islam di Dunia
Peradaban
hanya abadi bila sesuai dengan pengaruh-pengaruh abadi yang di tampilkannya
dalam sejarah kemanusiaan di berbagai aspek pemikiran, moral dan material. peradaban
Islam telah memainkan peran penting dalam sejarah kemajuan manusia dan
meninggalkan tapaknya baik dalam aqidah, ilmu, hukum, filsafat, seni, sastra
dan lain-lain.
1. Bidang
aqidah dan agama
Prinsip
peradaban Islam mempunyai pengaruh besar terhadap gerakan-gerakan reformasi
keagamaan yang berlangsung di Eropa sejak abad ke-7 Masehi sampai masa
kebangkitan modern (renaissance). Islam menyatakan keesaan Allah dan
keunikanNya dengan kekuasaan serta kesuciaanNya. Dengan Islam, manusia memahami
syariat-syariat Allah SWT tanpa perantaraan tokoh-tokoh agama. Inilah yang
menjadi faktor besar bagi terbukanya jalan pikiran bangsa-bangsa mengenai
prinsip-prinsip yang kuat dan mengagumkan dari Islam. Maka wajar ketika
penaklukan Islam di Barat dan Timur semakin meluas, umat-umat yang bertetangga
dengannya pertama kali terpengaruh oleh prinsip-prinsip Islam dalam aqidah. Ini
benar-benar terjadi yaitu ketika muncul pada abad ke-7 di kalangan bangsa Barat
orang-orang yang menolak menyembah patung-patung, kemudian muncul setelah itu
orang-orang yang menolak adanya perantara antara Allah dan hambahNya serta
menyerukan kebebasan dalam memahami kitab-kitab suci, lepas dari kekuasaan dan
pengawasan tokoh-tokoh agama.
2. Bidang
filsafat dan ilmu (kedokteran, ilmu pasti, kimia, geografi dan astronomi)
Eropa
terbangun oleh gaung para ilmuwan dan filsuf kita yang mengkaji ilmu-ilmu ini
di masjid Sevilla,Cordoba, Granada, dan lain-lainnya. Pelopor-pelopor Barat
yang belajar di sekolah-sekolah kita sangat mengagumi dan menggemari ilmu-ilmu
ini. Pada waktu ilmuwan-ilmuwan kita berbicara dala majelis-majelis keilmuwan
dan karanga-karangan mereka mengenai peredaran bumi dan benda-benda langit,
akal orang-orang Eropa masih dipenuhi khurafat dan tahayul mengenai
kenyataan-kenyataan ini. Karena itu muncul di kalangan orang-orang Barat
gerakan penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Latin, dan mulailah buku-buku
para ilmuwan kita diajarkan di perguruan-perguruan tinggi Barat.
Banyak
orang-orang barat yang jujur mengakui bahwa di abad-abad pertengahan Islam
adalah guru-guru bangsa Eropa selama tidak kurang dari enam ratus tahun.
Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama
buku-buku keilmuwan hampir mejadi sumber satu-satunya bagi pengajaran di
perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Buku-buku Ibnu
Sina pada akhir abad yang lalu masih diajarkan di Montpellier. Lebon juga
mengatakan bahwa hanya buku-buku berbahasa Arab sajalah yang dijadikan rujukan
oleh Roger Bacon, Leonardo de Vinci, Arnold de philippi, Raymond Lull, San
Thomas, Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella.
O`Hilard,
bangsa Inggris, melanglang Mesir dan Andalus antara tahun 1100 dan 1128. Mereka
kemudian menerjemahkan buku Al-Arkan (dalam bahasa Arab) karya Eucleides, pakar
ilmu pasti yunani, yang bangsa Arab sendiri tidak mengetahuinya. Rudolph dari
Bruges menerjemahkan dari bahasa Arab buku geografi karya Ptolemee. Leonardo de
Vinci sekitar tahun 1200 menulis sebuah risalah mengenai aljabar yang
dipelajarinya dari bangsa Arab. Gherardo dari Cremona pada abad itu pula
menyebarkan ilmu falak yang hakiki dengan menerjemahkan Al Majisti karya
Ptolemee dan Syarh karya Jabir.
3. Bidang
bahasa dan sastra
Orang-orang
Barat, khususnya penyair-penyair Spanyol mendapat pengaruh besar dari sastra
Arab. Yang menunjukkan kepada kita tentang sejauh mana sastra-sastra Barat
terpengaruh oleh bahasa dan sastra Arab pada masa-masa itu ialah apa yang di
nukil Dozy dalam bukunya mengenai Islam dari risalah penulis Spanyol, Alghargo.
Dia sangat sedih karena bahasa Latin dan Yunani dilalaikan orang sementara
bahasa kaum muslimin ditekuni. Ia berkata,”Orang-orang yang memiliki kecerdasan
dan perasaan telah tersihir oleh keindahan sastra Arab sehingga mereka
meremehkan bahasa Latin dan menulis hanya dengan bahasa para penakluk mereka.
Hal itu sangat menyedihkan bagi orang yang mempunyai kebanggaan nasionalisme
paling besar sampai-sampai mereka berkata kepada teman-temannya”. Generasi yang
tumbuh dari kaum Kristen yang cerdas hanya memperbagus sastra dan bahasa Arab.
Mereka melahap buku-buku bangsa Arab dan mengisi perpustakaan-perpustakaan
besar dengan buku-buku mereka yang termahal. Mereka bersenandung di setiap
tempat memuji khazanah-khazanah Arab. Ketika di perdengarkan kepada mereka
buku-buku Kristen, mereka tidak mau mendengarkannya dengan alasan buku-buku itu
tidak layak untuk diperhatikan.
Tak
diragukan lagi, pada abad ke-14 dan sesudahnya banyak sastrawan-sastrawan
piawai Eropa yang terpengaruh oleh sastra Arab dalam karya-karya mereka. Pada
tahun 1349, Boccaccio menulis hikayat yang berjudul Ash-Shabahatul `Asyrah
(sepuluh Waktu pagi) yang mengikuti jejak Alfu Lailah wa Lailah (Seribu Satu
Malam). Dari hikayat ini pula Shakespeare mengambil topik dramanya Natan Al
Hakim (Natan yang Bijaksana).
4. Bidang
perundang-undangan
Hubungan
mahasiswa-mahasiswa Barat dengan sekolah-sekolah Islam di Andalus dan lainnya
berpengaruh besar dalam penerjemahan kumpulan hukum-hukum fiqh dan tasyri ke
dalam bahasa-bahasa mereka. Pada saat itu Eropa belum mempunyai sistem yang
mantap dan undang-undang yang adil.
Ketika
pemerintahan Napoleon masuk ke Mesir, mereka menerjemahkan buku-buku fiqh
Maliki paling terkenal ke dalam bahasa Perancis. Buku fiqih Maliki yang paling
penting yang diterjemahkan itu adalah buku Al-Khalil yang menjadi inti undang-undang
sipil Perancis yang banyak sekali persamaannya dengan hukum-hukum fiqih Maliki.
Sedillot
berkata Mazhab Maliki itulah yang secara khusus memikat pandangan kita karena
hubungan kita dengan bangsa Arab Afrika. Pada waktu itu pemerintah Perancis menugaskan
Peron untuk menerjemahkan buku fiqh Al Mukhtashar karya Al Khalil bin Ishaq bin
Ya`qub (wafat tahun 1422 M).
5. Pengertian
negara dan hubungan rakyat dengan pemerintahan
Dunia
klasik dan pertengahan mengingkari hak rakyat dalam mengontrol tindak-tanduk
penguasanya. Hubungan rakyat dan penguasa sama dengan hubungan antara majikan.
Penguasa adalah majikan mutlak yang berbuat semaunya terhadap rakyat. Kerajaan
di anggap milik pribadi raja yang dapat di wariskan seperti halnya harta benda
lainnya.
Penguasa-penguasa
adalah pelayan-pelayan yang harus menjaga kepentingan dan kehormatan rakyat
dengan jujur dan bersih. Dalam hal ini untuk pertama kalinya terjadi dalam
sejarah peristiwa seorang rakyat menghisab penguasanya mengenai pakaian yang
dikenakannya, dari mana ia mendapatkannya. Tetapi orang itu tidak dihukum mati,
tidak digiring ke penjara dan tidak diusir darri negerinya bahkan sipenguasa
memberikan keterangan yang lengkap mengenai penghisabannya sehingga orang itu
dan orang-orang lainnya merasa puas. Inilah yang dinyatakan dan dipraktekan
oleh peradaban Islam. Ini merupakan angin kebebasan dan kesadaran yang
berhembus pada bangsa-bangsa yang bertetangga dengan masyarakat Islam. Ketika
mereka mengetahui prinsip masyarakat Islam yang begitu, mereka gelisah,
kemudian bergerak, berontak dan akhirnya merdeka. Inilah yang terjadi
sesungguhnya di Eropa.
D.Prinsip
Toleransi Beragama Dalam Peradaban Islam
Islam
telah mendirikan peradaban kita tetapi Islam tidak melecehkan agama-agama
terdahulu dan tidak fanatik menghadapi pendapat-pendapat dan mazhab-mazhab yang
beraneka macam.
Diantara
prinsip-prinsip peradaban kita dalam toleransi keagamaan adalah:
a. Agama-agama
samawi (langit) semua bersumber dari satu Tuhan sebagaimana dijelaskan dalam Al
Qur`an: “Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah di
wasiatkanNya kepada Nuh dan apa-apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa
yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tetangnya...” (Asy Syuura 13).
b. Nabi-nabi
adalah bersaudara, tidak ada kelebihutamaan antara mereka dari segi risalah.
Hal ini ditegaskan Allah dalam firmanNya: “Katakanlah (hai orang-orang mukmin):
Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kapada kami, dan apa yang
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya dan apa yang
diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari
Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya
tunduk patuh kepada-Nya.” (Al Baqarah 136)
c. Aqidah tidak
dapat di paksakan penganutannya, bahkan harus mengandung kerelaan dan kepuasan.
Allah sudah menerangkan kepada kita: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam)...” (Al Baqarah 256)
d.
Tempat-tempat ibadah bagi agama-agama Ilahi adalah terhormat, wajib dibela dan
dilindungi seperti masjid-masjid kaum muslimin.
e. Tidak
selayaknya perbedaan dalam agama menyebabkan manusia saling membunuh atau
saling menganiaya satu sama lain. Bahkan kita harus saling menolong dalam
berbuat kebaikan dan memerangi kejahatan.
f.
Kelebihutamaan di antara manusia dalam kehidupan dan di sisi Allah sesuai
dengan kadar kebaikan dan kebijakan yang dipersembahkan seseorang dari mereka
untuk dirinya dan untuk sesamanya. Karena itu Rasulullah Saw bersabda: Seluruh
makhluk-makhluk adalah keluarga Allah, maka orang yang paling di cintai Allah adalah
yang paling bermanfaat bagi keluarga-Nya. (HR. Al Bazzar)
g. Perbedaan
dalam agama tidak menghalangi kita dalam berbuat kebaikan, silaturahmi dan
menjamu tamu.
h. Jika manusia
berselisih pendapat mengenai agama-agama mereka maka mereka boleh berdebat satu
sama lain dengan cara yang paling baik dan dalam batas-batas kesopanan, dengan
argumentasi dan memberikan kepuasan (kemantapan). Allah Ta`ala menerangkan
kepada kita: “Dan janganlah kamu berdebat-dengan Ahli Kitab, melainkan dengan
cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka...”(Al
Ankabut 46).
i. Jiaka umat
kita dianiaya dalam hal aqidah maka kita wajib menolak kezlaliman itu untuk
melindungi aqidah kita dari menghalau fitnah.
j. Jika umat
memperoleh kemenagan atas orang-orang yang menganiayanya dalam agama atau ingin
merampas kemerdekaannya maka tidak boleh menuntut balas kepada mereka dengan
memaksa mereka meninggalkan agamanya atau menindas mereka dalam aqidahnya.
Inilah prinsip-prinsip toleransi keagamaan dalam Islam yang melandasi peradaban
kita.
1. Contoh Nyata
dalam Kehidupan Rasulullah Saw
Tatkala
Rasul hijrah ke Madinah dimana sejumlah besar kaum Yahudi berada, urusan negara
yang pertama dilakukan beliau adalah mengadakan perjanjian dengan mereka yang
isinya antara lain, aqidah mereka dihormati kaum muslimin harus bahu-membahu
menghadapi siapapun yang bermaksud jelek terghadap Madinah. Dengan perjanjian
itu berarti Rasulullah telah menerapkan prinsip-prinsip toleransi keagamaan
dalam benih-benih peetama bagi peradaban Islam.
Rasulullah
Saw mempunyai tetangga-tetangga Ahli Kitab. Ia bergaul baik dengan mereka,
memberi mereka hadiah-hadiah dan menerima pula hadiah-hadiah mereka. Bahkan,
seorang wanita Yahudi pernah memasukkan racun ke dalam daging kambing yang dihadiahkan
kepadanya karena kebiasaannya menerima hadiah wanita itu dan bertetangga baik
dengannya.
Seorang
wanita Nasrani dari penduduk Mesir pernah mengeluh kepada Umar bahwa Amr bin
Ash telah menggusurnya untuk keperluan perluasan masjid. Amr lalu ditanya oleh
Umar mengenai hal itu. Amr mengabarkan bahwa jumlah kaum muslimin telah banyak
dan masjid sudah tidak dapat lagi menampung mereka. Kebetulan di samping masjid
itu rumah perempuan ini. Amr telah menawarkan kepadanya uang ganti rugi yang
melebihi harga rumahnya tetapi ia tetap tidak mau. Maka terpaksa Amr merobohkan
rumah itu dan memasukkannya ke lingkungan masjid, sedangkan uang ganti ruginya
ditaruhnya di Baitulmal (kas negara) yang bisa diambil kapan saja perempuan itu
mau. Inilah toleransi yang menguasai masyarakat yang dinaungi peradaban kita
dengan prinsip-prinsipnya.
2. Saksi
Sejarah Peradaban Islam dalam Toleransi Beragama
Diantara
fenomena-fenomena toleransi keagamaan ialah adanya masjid-masjid yang
berdampingan dengan gereja dalam naungan peradaban kita. Tokoh-tokoh agama di
gereja diberi kekuasaan penuh dan pengikut-pengikut mereka dalam urusan-urusan
keagamaan dan kegerejaan mereka.
Kaum
Milkaniyun pernah menindas orang-orang Qibti Mesir pada masa Romawi. Mereka
juga merampas gereja-gereja. Ketika Mesir ditaklukkan, kaum musliminin
mengembalikan gereja-gereja itu kepada orang-orang Qibti dan memperlakukan
mereka dengan adil. Fenomena toleransi keagamaan laninya dalam peradaban kita
ialah banyaknya gereja yang ditempati untuk sholat oleh kaum muslimin dan kaum
Nasrani sekaligus dalam waktu yang bersamaan pada awal penaklukkan Islam. Telah
kita lihat bagaimana Nabi mengijinkan kaum Nasrani Najran sembahyang di
masjidnya di samping kaum muslimin yang juga sedang sholat. Di tengah gereja
Agung Yohanna di Damaskus yang di kemudian hari menjadi masjid jami` Bani
Umayyah, orang-orang Nasrani pada saat penaklukkan rela separuh gerejanya
diambil oleh kaum muslimin, dan kaum muslimin pun rela jika mereka shalat di
situ.
Fenomena
toleransi keagamaan lainnya dalam peradaban kita ialah berpartisipasi dalam
hari-hari raya keagamaan dengan segala kesemarakan dan keindahannya. Pada masa
pemerintahan ar Rasyid ada kebiasaan orang-orang Nasrani ke luar yaitu ke luar
dalam suatu pawai besar yang di kawal oleh salib. Hal itu terjadi pada hari
raya Paskah. Al Maqrizi menuturkan dalam Ahsanut Taqasim bahwa pada hari raya
kaum Nasrani pasar-pasar di Syiraz selalu dihias dan orang Mesir merayakan awal
pasang sungai Nil pada waktu hari raya Salib.
3. Pengakuan
Jujur Sejarawan Barat
Toleransi
keagamaan dalam peradaban kita memang tidak ada bandingannya dalam sejarah pada
masa-masa silam. Para sejarawan Barat yang menghormati kebenaran telah mengakui
dan menyanjung kenyataan ini.
Mr
Dripper mengatakan bahwa kaum muslimin terdahulu pada masa Khalifah-khalifah
tidak hanya memperlakukan ahli ilmu dari kaum Nasrani Nasthuriyin dan Yahudi
dengan sekedar penghormatan bahkan mempercayakan kepada mereka
pekerjaan-pekerjaan besar dan mengangkat mereka untuk memangku jabatan-jabatan
negara. Harun ar Rasyid malah memberikan amanat kepada Hanan bin Masuwaih untuk
mengawasi seluruh sekolah tanpa memandang negara asal dan agamanya, melainkan
hanya memandang kedudukannya terhadap ilmu pengetahuan. Selanjutnya Arnold
berkata Opini umum yang mengatakan pedang merupakan faktor utama dalam
memalingkan manusia kepada Islam adalah tidak benar. Ini sebagai bukti
toleransi keagamaan dalam peradaban kita yang bertolak belakang dengan fitnah
orang-orang Barat yang sering mereka katakan bahwa kita adalah orang-orang
kejam yang memaksa manusia memeluk agama kita dan memperlakukan orang-orang non
muslim dengan segala penghinaan dan penindasan.
E.Moral Perang
Dalam Peradaban Islam
Berakhlak
baik, ramah-tamah, mengasihi yang lemah dan lapang dada terhadap tetangga dan
kerabat dapat diperbuat oleh setiap umat pada saat-saat damai, betapapun masih
primitifnya umat tersebut. Akan tetapi, berlaku baik dalam peperangan, bersikap
lembut terhadap musuh, mengasihi kaum wanita, anak-anak dan orang tua serta
bermurah hati kepada pihak yang kalah, tidak setiap umat melakukannya dan tidak
setiap panglima perang bersifat seperti itu.
1.
Prinsip-prinsip Moral Berperang dalam Islam
Peradaban
kita datang ketika seluruh dunia berjalan di atas hukum rimba. Yang kuat
membunuh yang lemah, yang bersenjata memperbudak yang tidak bersenjata.
Siapapun yang bisa mengalahkan suatu umat di negerinya, memaksa umat untuk
meniggalkan aqidahnya dan memperbudak kaum lelaki dan wanitanya, nicaya ia
melakukannya tanpa merasa bersalah dan berdosa. Namun peradaban kita tidak
mengakui aturan permainan yang zalim ini, yang menjerumuskan kemanusiaan ke
tingkat kebinatangan yang buas.
Di
sini prinsip-prinsip peradaban kita memproklamasikan pengharaman peperangan
yang bertujuan untuk menyerang, merampas harta-benda dan meghinakan kehormatan
bangsa-bangsa. Perang yang sah hanyalah perang yang bertujuan untuk: (1)
membela aqidah dan moral umat, dan (2) membela kebebasan, kemerdekaan dan
keselamatan umat. “Perangilah fitnah sehingga tidak ada fitnah lagi dan
(sehingga) agama itu hanya untuk Allah semata...” (Al Baqarah 193). Peradaban
kita mengumumkan perang di jalan Allah yang merupakan kebaikan, kebenaran dan
kehormatan. Sedangkan manusia mengumumkan perang untuk kezaliman dan setan padahal
setan merupakan kejahatan, kemungkaran dan kerusakan. Prinsip peradaban kita
dalam peperangan adalah hanya berperang dengan pihak-pihak yang memerangi dan
menyerang kita.
Di
sini lahir wasiat-wasiat yang tak pernah ada duanya dalam sejarah, seperti wasiat
yang disampaikan Abu Bakar kepada pasukan Usamah yang hendak berangkat
berperang. Abu Bakar berpesan: Jangan menyiksa, jangan membunuh anak-anak
kecil, orang-orang tua dan kaum wanita. Jangan menebangi dan membakari pohon
kurma. Jangan memotong pohon yang sedang berbuah, jangan menyembelih kambing,
sapi atau unta kecuali untuk dimakan. Kalian akan melewati orang-orang yang
sedang bertapa dikuil-kuil, maka biarkanlah mereka dan apa yang mereka lakukan.
Jika
menang maka menang itu merupakan kemenangan kelompok yang marah demi kebenaran
dan mati syahid di jalan itu. Ketika memperoleh kemenangan maka hanya akan
diperbuat adalah mengokohkan tonggak-tonggak kebenaran di muka bumi serta
menolak kerusakan dan keangkaraan di tengah-tengah manusia.
2. Contoh-Contoh
Konkrit Keteladanan Moral Perang Islam
Rasulullah
adalah pelopor peradaban kita dan peletak fondasi dan aturan permainannya.
Beliau ungkapan secara nyata tentang moral, tujuan dan misinya. Tak seorang pun
dari para nabi, rasul dan reformer yang disiksa, ditindas dan disakiti dalam
menjalankan dakwahnya seperti yang dialami Rasulullah. Baju perang tidak pernah
dilepas kecuali setelah jazirah Arab tunduk kepadanya menjelang beliau wafat.
Ketika
kaum muslimin mengalami kekalahan pada perang Uhud karena melanggar
wasiat-wasiat Rasul, Rasulullah saat itu dikepung musuh yang berusaha
membunuhnya. Para sahabat mati-matian membelanya. Beliau keluar dari medan
perang dalam keadaan terluka, giginya patah, mukanya cedera dan pipinya sobek
ditembus pelindung kepalanya. Alangkah baiknya sekiranya engkau mengutuk mereka,
wahai Rasulullah! Namun Rasulullah berkata, Aku tidak diutus sebagai pengutuk
tetapi sebagai penyeru dan pembawa rahmat. Ya Allah, tunjuki kaumku karena
sesungguhnya mereka tidak mengetahui! Inilah ucapan kebenaran, ucapan Nabi yang
tidak berperang karena haus akan penumpahan darah tetapi karena ingin menunjuki
orang-orang yang sesat pada kebenaran.
Pada
perang Uhud, Hamzah, paman Nabi dan pahlawan Arab paling masyhur gugur. Dia
dibunuh oleh lelaki bernama Wahsyi atas suruhan Hindun, istri Abu Sofyan. Ketika
pahlawan itu rebah, Hindun langsung merobek dadanya, mengambil jantungnya,
kemudian mengunyahnya dengan lahap untuk melampiaskan dendamnya. Tak lama
kemudian Hindun dan Wahsyi masuk Islam. Apa yang diperbuat Rasulullah kepada
mereka? Tidak ada yang diperbuat beliau selain memintakan ampun kepada Allah
untuk Hindun. Beliau juga menerima ke Islaman Wahsyi .Inilah tindakan
Rasulullah terhadap pembunuh dan pengunyah jantung pamanya.
Ketika
menaklukkan Mekah dan memasukinya sebagai pemenang,kaum Quraisy menyerah dan
berdiri di bawah kedua kakinya di pintu ka`bah. Mereka menunggu hukuman Rasul,
namun ternyata Rasulullah hanya berkata, Wahai kaum Quraisy, menurut kalian,
apa yang bakal kuperbuat atas kalian? Serentak mereka menjawab, Kebaikan, wahai
saudara kami yang mulai dan putera saudara kami yang mulia! Lalu Rasul berkata,
Hari ini aku katakan kepada kalian apa yang pernah dikatakan saudaraku Yusuf
sebelumnya: Tiada cercaan atas kalian hari ini. Semoga Allah mengampuni kalian.
Dia Maha Penyayang. Pergilah, kalian telah bebas! Itulah Muhammad sang Rasul,
pengajar kebaikan kepada kemanusiaan, bukan panglima penumpah darah yang
berbuat untuk kemuliaan dan kekuasaannya sehingga mabuk oleh ambisi kemenangan.
Sirah
para sahabat dan khalifah Nabi dalam peperangan dan penaklukkan mereka juga menerapkan
prinsip-prinsip ini. Dalam peperangan Tatar di negeri Syria, banyak tawanan
kaum muslimin, Nasrani dan Yahudi jatuh ke tangan pasukan Tatar. Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah menemui pemimpin Tatar untuk membicarakan persoalan tawanan dan
pembebasan tawanan mereka. Pemimpin Tatar mengabulkan pembebasan tawanan kaum
muslimin saja, tidak dengan kaum Nasrani dan Yahudi. Namun Syaikhul Islam
menolak. Ia berkata, Yang harus dibebaskan adalah semua tawanan yang ada pada
anda, termasuk kaum Yahudi dan Nasrani.
Ada
peristiwa yang menambah kecerlangan tindakan kemanusiaan yaitu yang diperbuat
Salahuddin. Ketika orang-orang Barat hendak meninggalkan Al Quds untuk
bergabung dengan saudara-saudaranya, Salahuddin mengirimkan pengawal-pengawal
untuk mengantar dan melindungi mereka sampai ke tempat-tempat tentara Salib di
Tyr dan Shaida dengan aman, meskipun pada waktu itu kaum muslimin masih dalam
suasana perang dengan mereka.
Para
pemimpin dinasti Usmani memperlakuakn secara baik rakyat-rakyat Kristen di
negara-negara tetangga yang ditaklukkanya (seperti Yunani, Bulgaria, dan
lain-lain). Ini merupakan suatu perlakuan yang belum pernah dijumpai
bandingannya di seluruh Eropa saat itu. Bahkan, para pengikut Calvin di
Hungaria dan Transilvania dan para pengikut mazhab tauhid dari kalangan
orang-orang Kristen yang berada di Transilvania seringkali memilih tunduk
kepada orang- orang Turki daripada jatuh ke dalam kekuasaan keluarga Habsburg
yang fanatik. Mereka berharap penuh kegembiraan dapat membeli kebebasan agama
dengan ketundukan terhadap pemerintahan Islam. Kaum muslimin memperlakukan
orang-orang Kristen yang berada di bawah kekuasaannya dengan toleransi
keagamaan yang mulia padahal di negeri-negeri Eropa mereka selalu menderita karena
tekanan-tekanan para penguasa mereka dan karena fanatisme antara
kelompok-kelompok keagamaan yang sering mengalirkan darah serta menyebarkan
fitnah dan ketakutan.
F.Badan-Badan
Sosial yang Dibentuk Peradaban Islam
Pada masa
silam, umat-umat dan peradaban-peradaban belum mengenal bidang-bidang untuk
kebajikan kecuali dalam skala sempit, tak lebih dari tempat-tempat ibadah dan
sekolah-sekolah. Sedangkan pada masa-masa sekarang umat-umat Barat meskipun
telah mencapai puncak dalam pemenuhan kebutuhan sosial melalui badan-badan umum
namun mereka belum mencapai puncak dalam pemenuhan kebutuhan sosial melalui
badan-badan umum namun mereka belum mencapai puncak keluruhan kemanusiaan yang
murni karena Allah, seperti yang dicapai umat ketika pada masa kejayaannya
ataupun masa keruntuhannya.
Mencari
kedudukan, popularitas, nama harum dan buah bibir yang abadi mempunyai pengaruh
yang amat besar dalam aktivitas orang-orang Barat mengenai motif-motif
kemanusiaan yang umum. Sedangkan bagi umat kita motif pertama untuk berbuat
kebaikan adalah mencari ridha Allah, baik diketahui manusia maupun tidak. Untuk
membuktikan hal ini cukuplah kita melihat fakta sejarah yang dilakukan
Shalahuddin Al Ayyubi. Dia menginfakkan seluruh hartanya untuk kebajikan.
Dalam
badan-badan sosial orang-orang Barat seringkali terbatas kemanfaatannya hanya
pada putera-puteri negeri mereka, sedangkan badan-badan sosial kita membuka
pintu-pintunya bagi setiap manusia secara umum tanpa memandang ras, bahasa,
negeri, dan mazhabnya. Pembeda ketiga adalah bahwa kita mendirikan badan-badan
sosial untuk berbagai bentuk kebaikan dan solidaritas sosial. Bentuk-bentuk
badan sosial ini untuk membuktikan bahwa kecenderungan manusia pada umat kita
lebih menyeluruh, lebih jernih dan lebih luas cakrawalanya daripada
kecenderungan kemanusiaan di kalangan umat-umat yang lain.
Sebelum kita
terjun ke dalam pembicaraan mengenai bentuk-bentuk kebajikan dalam badan-badan
sosial pada masa-masa peradaban kita maka terlebih dahulu kita harus memahami
prinsip-prinsip peradaban kita di bidang ini, yaitu prinsip-prinsip yang
merasuki jiwa umat kita, kemudian mendorongnya dengan cara mengagumkan untuk
mendirikan badan-badan ini. Islam menyerukan dakwah kepada kebaikan dengan
seruan yang bisa meruntuhkan dorongan-dorongan kikir dan bisikan setan (dalam
menakut-nakuti dengan kemiskinan) dalam jiwa manusia. Dakwah pada kebaikan
berlaku umum atas semua yang mampu, bahkan atas setiap orang. Yang kaya berbuat
kebaikan dengan harta dan kedudukannya dan yang miskin berbuat kebaikan dengan
hati, tangan, lisan dan amalnya.
Bagimu setiap
tasbih (mengucap subhanallah) adalah sedekah, menyuruh berbuat baik sedekah,
menyingkirkan gangguan dari jalan sedekah, mendamaikan dua orang sedekah, dan
membantu seseorang menaiki tunggangannya adalah sedekah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Begitulah,
Islam membuka pintu-pintu kebaikan bagi manusia seluruhnya sehingga dapat
dikerjakan oleh buruh, pedagang, petani, guru, murid, perempuan, orang lemah,
orang tua, orang buta dan orang lumpuh tanpa di halangi oleh kondisi-kondisi
perekonomian mereka untuk ikut serta menyebarkan kebaikan dan kebajikan dalam
masyarakat. Islam mencurahkan jiwa ke cakrawala tertinggi kecenderungan
kemanusiaan yang sempurna ketika menjadikan kebaikan untuk semua hamba Allah
apapun agama, bahasa, tanah air dan ras mereka seperti yang dipaparkan dalam
sebuah hadist Rasulullah saw bersabda :
Seluruh makhluk
adalah keluarga Allah, maka orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling
bermanfaat bagi keluarganya. (HR.
Thabrani dan Abdurrazak).
Ketika turun
firman Allah : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai... (Ali Imran 92)
Abu Thalhah
berkata, wahai Rasul Allah, hartaku yang paling kucintai adalah sumur baihara,
sebuah sumur yang nyaman airnya. Kusedekahkan sumur itu untuk Allah, yang
kuharapkan kebaikan dan pahalanya kelak di sisi Allah. Manfaatkanlah sumur itu,
wahai Rasul Allah, seperti yang diperlihatkan Allah kepadamu! Rasul berkata,
bagus, bagus! Itu harta yang beruntung, itu harta yang beruntung. Pokoknya
diwakafkan dan hasilnya didermahkan.
Sedekah adalah
wakaf pertama dalam Islam. Dari sini muncul istilah wakaf yang membantu
badan-badan sosial dengan sumber-sumber keuangan, penopang untuk menunaikan
yang dipijak oleh semua badan sosial dalam sejarah peradaban kita. Rasulullah
adalah orang yang pertama yang memberi tauladan mulia bagi umatnya dalam hal
itu.
Dalam
pembicaraan ini kita tidak dapat menghitung macam-macam badan sosial seluruhnya
tapi cukuplah kita mengetahui beberapa diantara yang terpenting. Di antara
badan-badan sosial yang pertama kali ialah masjid-masjid. Orang-orang berlomba
mendirikan masjid untuk mempermegah masjid-masjid yang mereka dirikan. Badan-badan
sosial lainnya adalah pendiri pondok-pondok penginapan bagi para musafir
terlantar dan orang-orang miskin, surau-surau dan langgar-langgar yang bisa
ditempati siapapun yang mau menyendiri beribadah kepada Allah. Badan-badan
sosial lainnya juga membangun rumah-rumah khusus untuk kaum fakir yang bisa
dihuni oleh siapapun yang tidak mampu membeli dan menyewanya. Kendi-kendi air
minum ditaruh di jalan-jalan umum untuk orang banyak. Didirikan pula rumah
makan-rumah makan rakyat yang membagi-bagi makanan seperti roti, daging, sup
dan manisan. Juga dibangun rumah-rumah untuk para jemaah haji di Mekkah yang
mereka tempati ketika datang ke Baitullah. Rumah-rumah itu banyak sekali
sehingga meliputi seluruh tanah Mekkah. Sebagian fuqaha memfatwakan batil menyewakan
rumah-rumah di Mekkah pada musim haji karena rumah-rumah itu harus diwakafkan
untuk para jemaah haji. Penggalian sumur-sumur di padang-padang sahara untuk
memberi minum ternak, tanaman dan para musafir. Sumur-sumur ini banyak sekali
jumlahnya.
Ada juga badan
sosial yang berupa tempat-tempat penjaga perbatasan untuk menghadapi bahaya
serangan asing. Ada juga badan-badan khusus untuk para penjaga perbatasan yang
berjuang di jalan Allah. Badan-badan ini diikuti oleh pewakafan kuda-kuda,
pedang-pedang, panah-panah dan alat-alat jihad untuk pasukan perang di jalan
Allah. Ini berpengaruh besar pada larisnya industri peralatan perang dan
berdirinya pabrik-pabrik besar di bidang itu sehingga orang-orang Barat dalam
perang-perang Salib berdatangan ke negeri kita untuk membeli persenjataan dari
kita, sementara ulama memfatwakan haram menjual peralatan itu kepada musuh.
Menyusun hal itu adalah wakaf-wakaf khusus yang hasilnya diberikan kepada orang
yang ingin berjihad dan pasukan yang berperang ketika negara tidak mampu
menafkahi orag-orangnya. Dengan begitu, jalan jihad menjadi mudah bagi setiap
pejuang yang ingin menjual hidupnya di jalan Allah untuk ditukar dengan surga
yang luasnya seluas langit dan bumi.
Badan sosial
lainnya adalah wakaf untuk perbaikan jalan dan jembatan, wakaf untuk kuburan
(seseorang mendermakan tanah yang luas untuk dijadikan kuburan umum), juga
wakaf untuk pembelian kain kafan untuk orang yang meninggal serta untuk
mengurusi dan mengubur mereka. Ada badan sosial untuk anak-anak asuh dan anak-anak
yatim. Badan-badan sosial itu untuk pengkhitanan dan pemeliharaan mereka. Juga
ada badan-badan sosial untuk orang-orang lumpuh, buta dan jompo. Di situ mereka
hidup dengan penuh kemuliaan dan mendapatkan apa yang mereka butuhkan, entah
sandang, pangan, papan bahkan pendidikan.
Ada juga badan
sosial untuk merehabilitasi ihwal narapidana, mengangkat martabat mereka dan
memberi mereka makanan yang layak untuk menjaga kesehatannya. Juga ada
badan-badan untuk menolong orang-orang buta dan lumpuh dengan menyiapkan orang
yang menuntun dan melayani mereka. Bahkan ada juga badan-badan untuk mengawini
pemuda-pemuda dan gadis-gadis (atau wali-walinya) yang tidak mampu memenuhi
nafkah-nafkah perkawinan dan pembayaran mahar. Ada juga badan-badan sosial
untuk membantu ibu-ibu dengan susu dan gula. Badan ini lebih dahulu ada
daripada organisasi penyumbang susu di kalangan kita sekarang, dan tujuannya
pun lebih murni karena kebaikannya bertujuan semata-mata karena Allah. Badan
sosial yang paling aneh adalah wakaf piring untuk anak-anak yang memecahkan
piring ketika dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Mereka datang ke badan ini
untuk mengambil piring baru sebagai ganti piring yang pecah, kemudian mereka
kembali ke tengah-tengah keluarga dalam keadaan seolah-olah tidak pernah
berbuat apa-apa.
Badan sosial
yang terakhir yang akan disebutkan adalah badan yang didirikan untuk mengobati
binatang-binatang yang sakit, untuk memberi makan mereka atau untuk memelihara
mereka ketika mereka tua. Di situ mereka dipelihara hingga menemui ajalnya.
G.Sekolah dan Lembaga Keilmuan yang Dibangun Peradaban Islam
Sekolah-sekolah
yang berdiri di atas tanah-tanah wakaf yang didermakan oleh orang-orang kaya
dari kalangan panglima, ulama, pedagang, raja dan kaum wanita telah mencapai
jumlah yang sangat besar. Tak sebuah kota atau desa pun di seluruh dunia Islam
yang sepi dari sekolah-sekolah yang beraneka macam, tempat puluhan guru dan
pengajar mengajarkan ilmu.
Masjid adalah
tempat pertama untuk sekolah dalam peradaban kita. Masjid bukan hanya tempat
ibadah semata tetapi juga merupakan sekolah. Di situ kaum muslimin mempelajari
baca-tulis, Qur’an, ilmu-ilmu syari’at, bahasa dan pelbagai cabang ilmu
lainnya. Di samping mesjid didirikan kuttab yang khusus dipakai sebagai
tempat untuk mengajarkan baca-tulis, Al-Qur’an dan sedikit ilmu bahasa serta
olah raga. Kuttab ini serupa dengan sekolah dasar di jaman kita
sekarang. Jumlahnya sangat banyak.di samping kuttab dan masjid juga berdiri
madrasah yang pelajarannya serupa dengan pelajaran Madrasah Tsanawiyah dan
Aliyah di jaman sekarang. Pengajaran di situ gratis dan untuk berbagai lapisan.
Para siswa tidak membayar SPP seperti yang dibayar oleh siswa-siswa kita
sekarang. Pengajaran di situ tidak terbatas hanya pada suatu kelompok
masyarakat, tetapi kesempatan belajar itu tersedia bagi seluruh bangsa.
Pelajaran di
madrasah ini ada dua bagian. Pertama, bagian intern untuk siswa-siswa asing dan
siswa-siswa yang kondisi materialnya (nafkah orang tuanya) pas-pasan. Kedua,
bagian ekstern untuk siswa-siswa yang ingin pulang sore hari ke rumah keluarga
mereka. Bagian intern juga gratis. Di situ siswa disediakan makan, tempat
tidur, belajar dan ibadah. Dengan begitu setiap madrasah mempunyai masjid,
ruang belajar, kamar tidur siswa, perpustakaan, dapur dan kamar mandi. Sebagian
madrasah mempunyai lapangan-lapangan olahraga di udara bebas dan nyaman. Sampai
sekarangpun kita masih mempunyai model-model madrasah semacam ini yang memenuhi
dunia Islam seluruhnya.
Diantara
madrasah dunia yang paling indah bentuknya adalah madrasah Nuruddin
Rahimahullah. Madrasah ini adalah salah satu istana yang elok. Di situ air
tertuang dalam pancuran di tengah sungai yang besar, kemudian mengalir di
sebuah saluran panjang hingga jatuh di kolam besar di tengah gedung itu
sehingga pandangan mata takjub oleh pemandangan yang indah itu. Meskipun
bencana-bencana masa itu telah menimpa madrasah ini dan telah menghilangkan
beberapa bagiannya tetapi hingga sekarang di situ masih ada ruang kuliah,
masjid, ruang guru serta ruang untuk peristirahatan mereka. Masih ada sebuah
ruangan yang berfungsi sebagai ruang dosen pada fakultas-fakultas perguruan
tinggi, juga rumah khusus yang dihuni oleh kepala madrasah bersama keluarganya,
tempat-tempat tingal para siswa dan pelayan madrasah. Sedangkan yang sudah
hilang adalah ruang makan, dapur dan tempat penyimpanan sayur-mayur dan
berbagai barang lainnya.
Layak pula kita
bicarakan para pengajar serta ihwal dan gaji mereka. Kepala-kepala madrasah
adalah ulama-ulama pilihan dan paling tersohor. Dalam sejarah tokoh-tokoh ulama
(ilmuwan) dapat kita jumpai madrasah-madrasah yang diasuh mereka. Imam Nawawi,
Ibnu Shalah, Abu Syama, Taqiyuddin as-Subki, Imamuddin bin Katsir, dan
lain-lain adalah tokoh-tokoh ulama yang mengajar di Darul Hadis di Damaskus.
Pada permulaan Islam para pengajar tidak memperoleh gaji atas pekerjaannya.
Namun ketika jaman berkembang, peradaban meluas, madrasah-madrasah dibangun dan
badan-badan wakaf dibentuk maka para pengajar di situ mulai mempunyai gaji
bulanan. Anehnya, ulama-ulama negeri seberang, ketika Nizhamul Mulk membangun
madrasah-madrasahnya yang terkenal dan memberikan gaji tertentu kepada
pengajar-pengajar di situ, mereka berkumpul untuk mengadakan forum kelabu bagi
ilmu. Di situ mereka memprihatinkan lenyapnya ilmu dan barokahnya. Mereka
berkata, yang sibuk dengan ilmu adalah para pemilik cita-cita tinggi dan jiwa
yang suci, yaitu orang-orang yang menggeluti ilmu karena kemuliaan dan
kesempurnaannya. Jika sekarang ada bayaran (gaji) bagi pengajarnya maka ia akan
didekati oleh orang-orang hina dan pemalas. Hal itu akan menyebabkan kehinaan
dan kelemahannya.
Tatkala
sekolah-sekolah didirikan, siswa-siswa yang menamatkan pelajarannya di situ
mulai mendapatkan ijazah keilmuan yang diberikan oleh syekh sekolah (menyerupai
ijazah-ijazah ilmiah pada jaman kita sekarang). Para dokter belum memperoleh
ijazah ini dari dokter ahli di sekolah. Para pengajar biasanya punya lambang
khusus yang membedakan mereka dari karyawan-karyawan. Jubah yang menjadi ciri
khas ulama dan pengajar mulai muncul pada masa dinasti Umayyah. Pakaian mereka
di Andalus sedikit berbeda dari pakaian ulama dan pengajar di Masyriq. Ciri
terpenting yang membedakan mereka adalah sorban yang kecil. Kadang-kadang
seorang ulama tidak mengenakan sorban sehingga Abu Ali al Qali, -guru besar
bahas yang masyhur- ketika tiba di Andalus dari Masyriq dan akan disambut oleh
para ulamanya, telah membuat orang banyak tercengang karena ia mengenakan
sorban yang besar di kepalanya. Anak-anak kecil dan orang-orang bodoh malah
melemparinya dengan kerikil untuk mengejek dan mencemoohnya. Orang-orang Barat
meniru busana guru dan pengajar di Andalus. Busana ini merupakan asal busana
ilmiah yang sekarang dikenal di perguruan-perguruan tinggi Eropa. Para guru
juga mempunyai sertifikat (seperti sertifikat mahasiswa, serikat bangsawan,
serikat buruh pada masa itu). Sekelompok pengajar memilih sendiri ketuanya.
Sultan tidak ikut campur dalam pemilihan ini kecuali jika terjadi perselisihan
di antara para anggotanya (untuk mendamaikan).
Madrasah-madrasah
seperti ini, khususnya lembaga-lembaga tinggi, telah memenuhi kota-kota dunia
Islam dari ujung ke ujung. Sejarah menuturkan dengan penuh pengagungan terhadap
sejumlah pemimpin kaum muslimin yang berjasa dalam mendirikan sekolah-sekolah
di berbagai kota. Madrasah Nizhamiyah Baghdad adalah madrasah nizhamiyah yang
paling utama dan penting. Tokoh-tokoh ulama kaum muslimin antara abad ke-5 dan
ke-9 H banyak yang belajar di situ. Jumlah mahasiswanya mencapai 6.000 orang.
Di antara mereka ada putera pembesar tertinggi kerajaan dan ada pula putera
buruh paling miskin. Semua mahasiswa di situ belajar gratis. Bagi siswa yang
miskin bahkan lebih dari itu. Mereka mendapat tunjangan tertentu yang
diambilkan dari dana khusus untuk keperluan tersebut.
Disamping para
pembesar, para amir, hartawan dan saudagar juga berlomba-lomba membangun
sekolah-sekolah. Mereka menyerahkan wakaf untuk keperluan tersebut sehingga
terjamin kelangsungan sekolah dan kecondongan siswa untuk belajar di situ. Di
antara mereka banyak sekali yang menjadikan rumah-rumahnya sebagai sekolah.
Buku-buku dan harta benda mereka juga diwakafkan untuk para siswa yang belajar
di situ. Dengan begitu, banyak sekali sekolah, terutama di Masyriq. Jumlahnya
sangat mencengangkan.
Sekolah-sekolah
mempunyai banyak spesialisasi. Ada sekolah-sekolah yang khusus mengajarkan
Al-Qur’an, tafsir, penghafalan dan qiraat-nya. Ada sekolah-sekolah yang
khusus mempelajari hadist. Juga ada sekolah yang khusus memperdalam fiqih (ini
yang paling banyak). Bahkan di setiap madzhab mempunyai sekolah
sendiri-sendiri. Ada sekolah-sekolah untuk pengobatan (kedokteran), dan sekolah
untuk anak-anak yatim. An-Nuaimi, ulama abad ke-10 H menyebutkan sebuah bukti
tentang nama sekolah-sekolah Damaskus dan wakaf-wakafnya. Dari Nuaimi kita
dapat mengetahui bahwa di Damaskus saja ada 7 sekolah Ilmu Al-Qur’an, 16
sekolah Hadist, 3 sekolah Qur’an dan Hadist, 63 sekolah fiqih Syafi’i, 52
sekolah fiqih Hanafi, 4 sekolah fiqih Maliki, dan 11 sekolah fiqih Hambali.
Selain itu ada sekolah-sekolah kedokteran, asrama, langgar dan masjid. Semua
menjadi tempat menuntut ilmu.
Pada masa itu
kondisi orang-orang Barat diliputi kebodohan. Buta huruf merajalela sehingga
tidak ada tempat bagi ilmu kecuali biara-biara para pendeta yang hanya terbatas
bagi mereka semata. Maka kita bisa memahami sejauh mana keagungan yang dicapai
umat kita pada puncak kejayaannya. Betapa cemerlang peradaban kita dalam
sejarah badan-badan sosial dan lembaga-lembaga keilmuan. Juga betapa besar jasa
Islam dalam menyebarkan ilmu, dalam mengangkat martabat kebudayaan umum dan
dalam meluruskan jalan-jalannya bagi seluruh putera bangsa.
H.Rumah Sakit dan Lembaga Kedokteran di Masa Kejayaan Islam
Diantara
prinsip-prinsip yang melandasi peradaban kita ialah penggabungannya antara
kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani serta pengakuannya bahwa perhatian
terhadap jasmani dan tuntutan-tuntutannya adalah suatu keharusan untuk
mewujudkan kebahagiaan manusia dan mencerahkan rohaninya. Salah satu kalimat
yang berasal dari peletak dasar-dasar peradaban kita, Muhammad Rasulullah
adalah : Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak yang harus kau penuhi. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Islam memerangi
penyakit-penyakit dan penularannya serta menganjurkan mencari obat yang bisa
mengatasinya maka anda pasti mengetahui asas-asas kuat mana yang melandasi
pembangunan peradaban kita di bidang kedokteran dan sejauh mana faedah yang
dperoleh dunia dari peradaban kita dalam mendirikan rumah-rumah sakit dan
lembaga-lembaga kedokteran. Peradaban kita telah menghasilkan dokter-dokter
yang selalu dibanggakan jasa-jasanya oleh kemanusiaan dalam ilmu pada umumnya
dan kedokteran pada khususnya. Bangsa Arab mengenal sekolah kedokteran
Jundisabur yang didirikan oleh Kisra pada pertengahan abad ke-6 M. Sekolah ini
telah menelorkan dokter-dokternya, seperti Harits bin Kaladah yang hidup pada
masa Nabi SAW. Dia mengimbau sahabat-sahabat Nabi agar berobat kepadanya
apabila terserang penyakit.
Rumah sakit ada
dua macam, yaitu rumah sakit keliling dan rumah sakit permanen. Rumah sakit
keliling adalah rumah sakit yang pertama kali dikenal dalam Islam pada masa
hidup Nabi yakni dalam perang Khandak, ketikak didirikan kemah untuk
orang-orang terluka.Rumah sakit keliling itu dilengkapi dengan segala sesuatu
yang diperlukan orang-orang sakit seperti obat-obatan, makanan, minuman,
pakaian, dokter dan apoteker. Rumah sakit keliling berpindah dari satu desa ke
desa lainnya di tempat-tempat yang belum ada rumah sakit permanennya.
Rumah-rumah
sakit permanen sudah banyak jumlahnya, memenuhi kota-kota dan ibukota-ibukota.
Tidak ada sebuah negeri kecil pun di dunia Islam saat itu yang tidak memiliki
rumah sakit. Ada rumah sakit militer yang ditangani oleh dokter-dokter
spesialis, disamping dokter-dokter khalifah, para panglima dan Umara dan
ada rumah-rumah sakit untuk narapidana. Para dokter berkeilling mengunjungi
mereka tiap hari untuk mengobati penyakit mereka dengan obat-obatan yang lazim.
Ada juga pos-pos pertolongan pertama yang didirikan di deka masjid-masjid dan
tempat-tempat umum yang penuh dengan massa. Al Marqizi bercerita kepada kita
bahwa Ibnu Toulon, ketika membangun masjidnya, di bagian belakang masjid ia
membuat tempat wudhu dan apotek. Di apotek itu terdapat seluruh macam obat dan
minuman, ada pelayan-pelayannya, dan ada pula dokter yang duduk setiap hari
Jum’at untuk mengobati jama’ah shalat yang terserang penyakit.
Ada pula
rumah-rumah sakit umum yang selalu membuka pintu-pintunya untuk mengobati
masyarakat. Rumah-rumah sakit umum terbagi menjadi dua bagian, pria dan wanita.
Masing-masing bagian mempunyai ruangan yang banyak. Setiap ruangan untuk satu
macam penyakit. Antara lain ada ruangan untuk penyakit dalam, untuk penyakit
mata, ruangan operasi bedah, untuk patah dan retak tulang, dan untuk penyakit
jiwa. Bagian penyakit dalam mempunyai ruangan khusus lagi. Ada ruangan khusus
untuk penyakit diare, dan lain sebagainya. Setiap bagian terdiri dari beberapa
dokter yang dipimpin oleh dokter kepala bagian mata. Semua bagian di pimpin
oleh direktur umum yang disebut sa’ur, yaitu gelar bagi kepala
dokter-dokter rumah sakit. Dokter-dokter itu bekerja secara bergantian. Setiap
dokter mempunyai waktu tertentu dimana ia berada dalam ruangan-ruangan yang
ditempatinya untuk mengobati para pasien. Di setiap rumah sakit ada sejumlah
karyawan, laki-laki dan perempuan, juru rawat dan pembantu. Masing-masing
mendapat gaji tertentu yang cukup. Di setiap rumah sakit juga terdapat apotek
yang disebut gudang obat. Apotek itu berisi berbagai macam sirup dan tablet
yang berharga, aneka jenis obat, wewangian istimewa yang hanya aterdapat di
situ. Disamping itu juga terdapat alat-alat bedah, bejana-bejana kaca dan
keramik, dan lain-lain, padahal semua benda tersebut biasanya terdapat di
lemari raja-raja. Rumah-rumah sakit itu juga merupakan sekolah-sekolah
kedokteran. Di setiap rumah sakit terdapat ruangan besar untuk kuliah. Para
dokter ahli bersama para dokter dan mahasiswa duduk di ruangan itu. Di samping
mereka setelah mengunjungi dan mengobati pasien. Kemudian berlangsunglah
pembahasa-pembahasan tentang kedokteran. Seringkali sang guru disertai muridnya
masuk ke rumah sakit untuk melakukan kuliah praktek terhadap para pasien,
seperti yang terjadi sekarang ini di rumah-rumah sakit yang berlindung pada
fakultas kedokteran.
Seorang dokter
tidak diijinkan membuka praktek sendiri sebelum menempuh ujian (pendadaran) di
hadapan dokter ahli. Ia maju dengan sebuah tesis mengenai ilmu yang ia inginkan
ijazahnya. Tesis itu dapat bersumber dari hasil karangannya atau karangan salah
seorang dokter ahli dikajinya dan dikomentatorinya. Ia diuji mengenai tesis itu
dan ditanya mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hal itu.. jika ia
bisa menjawab dengan baik maka dokter ahli memberinya ijazah yang dapat
mengijinkannya menjalankan praktek kedokteran. Setiap rumah sakit juga
mempunyai sebuah perpustakaan yang penuh dengan buku-buku kedokteran dan
buku-buku lainnya yang dibutuhkan oleh para dokter dan mahasiswa kedokteran,
sampai-sampai mereka mengatakan bahwa di rumah sakit terdapat perpustakaan.
Aturan masuk ke
rumah-rumah sakit itu adalah gratis bagi semua orang, baik untuk kaya maupun
miskin, yang rumahnya jauh maupun dekat, dan untuk orang yang tersohor maupu
tidak. Pertama kali pasien diperiksa di ruang depan (luar). Jika penyakitnya
ringan maka resepnya langsung ditulis dan ditukarkan ke apotek rumah sakit.
Namun orang yang kondisi penyakitnya mengharuskannya diopname di rumah sakit
maka namanya dicatat., dibawa masuk ke kamar mandi, dilepas pakaiannya (yang
diletakkan dilemari khusus), kemudian diber pakaian khusus rumah sakit.. setelah
itu ia dimasukkan ke ruangan khusus tempat pasien-pasien yang berpenyakit
serupa. Ia diberi tempat tidur sendiri yang bagus, diberi obat yang telah
ditentukan dokterdan diberi makanan yang sesuai dengan kesehatannya yang telah
ditetapkan untuknya. Makanan pasien biasanya meliputi daging kambing, sapi,
burung dan ayam. Tanda kesembuhan pasien adalah apabila ia boleh makan roti dan
ayam secara lengkap dalam satu menu. Bila ia sudah memasuki fase kesembuhan
maka ia di masukkan ke ruangan khusus untuk pasien-pasien yang baru sembuh.
Jika ia benar-benar sembuh maka ia diberi pakaian ganti yang baru dan sejumlah
uang yang mencukupinya sampai ia mampu bekerja.
Kamar-kamar
rumah sakit selalu bersih. Air selalu mengalir lancar. Ruangan-ruangannya
diberi perabotan yang terbaik. Setiap rumah sakit mempunyai pemeriksa-pemeriksa
kebersihan dan pengawas-pengawas keuangan. Seringkali khalifah atau amir
menjenguk sendiri para pasien serta mengawasi perlakuan dan pelayanan rumah
sakit terhadap mereka. Berikut ini adalah contoh-contoh rumah sakit yang ada
pada masa itu :
1.
Rumah Sakit Adhudi di Baghdad
Rumah sakit ini dibangun oleh Daulah bin Buwaihi pada tahun 371 H.
Pada waktu pendiriannya, rumah sakit itu menghabiskan dana yang besar. Di situ
ditempatkan dokter dan dibangun semua yanag dibutuhkan rumah sakit, seperti
perpustakaan ilmiah, apotek, dapur-dapur dan gudang-gudang. Pada tahun 449 H
Khalifah Al Qaim Biamrillah memperbaharuinya. Berbagai macam obat dan sirup
yang kebanyakan sulit didapat dikumpulkan di situ. Ia membuatkan juga
tempat-tempat tidur dan selimut untuk para pasien. Juga minyak wangi dan es. Ia
juga menambah pelayan, dokter dan karyawan. Ada juga penjag pintu dan
pengawal-pengawal. Dirumah sakit itu terdapat kolam besar yang berada di
samping kebun yang penuh dengan aneka macam pohon buah-buahan dan sayur-mayur.
Perahu-perahu berlayar mengangkut para pasien yang lemah dan miskin. Para
dokter melayani mereka secara bergiliran pagi dan petang. Juga ada yang
bermalam bersama mereka secara bergantian.
2.
Rumah Sakit Besar An Nuri
Didirikan oleh Sultan Malik Adil Nuruddin as Syahid pada tahun 549
H dari harta yang diambilnya sebagi tebusan dari salah seorang raja Eropa.
Ketika dibangun, rumah sakit itu merupakan rumah sakit yang terbaik di antara
rumah-rumah sakit di seluruh negeri.Ibnu Jubair pernah mengembara memasuki
rumah sakit itu pada tahun 580 H. Ia menggambarkan perhatian para dokter kepada
pasien-pasien dan kepedulian mereka terhadap keadaan si pasien. Juga tersedia
persediaan obat-obatan dan makanan yang layak. Disitu ada bagan khusus untuk
penyakit jiwa. Orang-orang gila di situ diikat dan dirantai, tetapi makanan dan
pengobatan tetap diperhatikan.
3.
Rumah Sakit Besar Al Manshuri (Bymaristan Qalawun)
Semula rumah sakit ini adalah rumah salah seorang pejabat, lalu
diubah oleh Malik Manshur Saifuddin Qalawun menjadi rumah sakit pada tahun 683
H. Rumah sakit besar Al Manshuri merupakan salah satu kecanggihan dunia dalam
pengaturan dan penertiban. Siapapun boleh memasuki dan memanfaatkannya. Pasien
yang ke luar dari situ ketika sembuh diberi pakaian, sedang pasien yang
meninggal diurus, dikafani, dan dikuburkan. Di situ ditempatkan pula
dokter-dokterdari berbagai cabang kedokteran. Juga dipekerjakan pegawai-pegawai
dan pelayan-pelayan untuk melayani pasien, membenahi dan membersihkan
tempat-tempat mereka, mencuci pakaian mereka dan melayani mereka di kamar
mandi. Setiap pasien di layani oleh dua orang pelayan dan diberi tempat tidur
lengkap. Setiap kelompok pasien disendirikan di tempat-tempat khusus. Di situ
ada juga ruangan khusus dokter kepala untuk memberikan pelajaran-pelajaran
kedokteran kepada mahasiswa. Di antara hal yang menakjubkan di situ ialah bahwa
pemanfaatan rumah sakit itu tidak terbatas hanya pada pasien-pasien yang
tinggal di situ tetapi juga diperuntukkan bagi pasien di rumah yang meminta
minuman, makanan dan obat-obatan yang diperlukannya.
Di antara hal yang menakjubkan juga ialah ketentuan dalam akte
wakaf rumah sakit itu. Makanan setiap pasien harus diberikan dengan piring yang
khusus untuknya dan tidak boleh digunakan pasien lain, juga harus ditutup dan
diantarkan kepada pasien dengan cara ini. Hal lain yang menakjubkan, para
pasien yang tidak bisa tidur bisa menyenangkan telinganya dengan mendengarkan
musik-musik merdu atau menghibur diri, dengan menyimak kisah-kisah yang
diceritakan oleh tukang dongeng. Sedangkan bagi pasien yang sudah sembuh
dipertunjukkan komedi-komedi dan tarian-tarian desa. Tukang adzan di masjid
yang bersisian dengan rumah sakit mengumandangkan adzan pada dini hari dua jam
sebelum fajar. Mereka juga mengalunkan suara-suara pujian-pujian dengan suara
lembut untuk meringankan penderitaan para pasien yang dijemukan oleh keadaan
mereka yang tidak bisa tidur dan terlalu lama mendekam dalam rumah sakit.
4.
Rumah Sakit Marrakesh
Didirikan oleh Amirul Mukminin Manshur Abu Yusuf, salah seorang
raja Muwahhidin di Maghrib. Di situ juga didirikan apotek-apotek dan
laboratorium untuk meramu obat-obatan, salep dan alkohol. Untuk sang pasien
disediakan baju tidur malam dan siang. Jika si pasien sembuh, sedang ia miskin,
maka ia diberi uang untuk biaya hidup nya selama belum bekerja. Jika pasien itu
hanya kaya maka uangnya di kembalikan kepadanya. Rumah sakit ini tidak terbatas
hanya untuk orang-orang miskin saja tapi juga untuk orang kaya. Bahkan setiap
orang kaya yang sakit di Marrakesh dibawa ke situ dan diobati hingga sembuh
atau meninggal. Setiap hari jum;at Amirul Mukminin mengunjunginya, menjenguk
para pasien dan menanyakan keadaan mereka serta menanyakan perlakuan para
dokter dan perawat terhadap mereka.
Keadaan rumah sakit di Eropa sangatlah berbanding terbalik dengan
masyarakat Islam pada waktu itu. Di rumah sakit Autille Dieux di Paris, yang
notabene adalah rumah sakit Eropa terbesar saat itu, kondisinya sangat
memprihatinkan. Rumah sakit itu berisi 1200 tempat tidur, 486 buah diantaranya
masing-masing dikhususkan untuk 1 orang, sedangkan sisanya biasanya ditempati 3
sampai 6 pasien (padahal satu tempat tidur luasnya tidak lebih dari lima kaki).
Serambi-serambi besarnya agak gelap dan lembab, tidak berjendela atau
berventilasi. Serambi-serambi selalu dalam keadaan gelap. Di situ anda dapat
melihat, setiap hari sekitar 800 pasien tidur telentang di tanah, saling
bertindihan satu sama lain dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Di tempat
tidur berukuran sedang dapat pula anda saksikan 4,5 atau 6 pasien yang
berhimpitan. Kaki pasien yang satu menimpa kepala pasien yang lain. Anak-anak
kecil bersisian dengan orang tua, sedang perempuan bersisian dengan laki-laki
(kadang-kadang tidak dapat di percaya, tapi itulah kenyataannya). Anda dapat
percaya, saksikan juga seorang perempuan yang hampir melahirkan bercampur
dengan anak kecil yang sedang dalam keadaan kejang karena terserang tipus dan
demam.di samping mereka ada pasien lain yang menderita penyakit kulit yang
menggaruk kulitnya yang lapuk dengan kuku-kukunya yang penuh darah sehingga
nanah koreng-koreng mengalir di atas selimut. Makanan pasien-pasien termasuk
yang paling jelek yang bisa dibayangkan akal. Jumlah makanan yang dibagikan
kepada para pasien sungguh tidak memadai dan dalam selang waktu yang tidak
teratur. Para biarawati sudah biasa mengistimewakan pasien-pasien yang patuh
dan munafik atas pasien-pasien lainnya.mereka diberi minum khamar dan diberi
makan kue-kue dan makanan berlemak yang disumbangkan para dermawan pada saat
mereka lebih membutuhkan pantangan sehingga banyak diantara mereka yang mati
karena terlalu banyak makan sedang yang lain mati karena kelaparan. Pintu-pintu
rumah sakit terbuka setiap saat bagi setiap pasien yang datang pagi dan sore.
Dengan begitu, berjangkitlah penyakit-penyakit karena penularannya dan karena
kotoran-kotoran serta udara yang busuk. Kasur-kasur penuh dengan
serangga-serangga kotor, sedang udara di kamar-kamat tidak bisa dihirup karena
terlalu pengap sehingga para pelayan dan perawat tidak berani masuk kecuali
setelah meletakkan karet busa atau bunga karang yang dibasahi dengan cuka pada
hidung-hidung mereka. Jenazah orang mati dibiarkan sekurang-kurangnya 24 jam
sebelum diangkat dari tempat tidur umum (yang dipakai bersama pasien lain).
Seringkali jenazah itu rusak dan membusuk, terbujur di samping pasien lain yang
nyaris hilang kesadarannya.
Inilah perbandingan sederhana antara kondisi rumah sakit pada masa
peradaban kita dengan kondisi rumah sakit Barat pada masa-masa itu. Ini
merupakan sebuah perbandingan yang menunjukkan sejauh mana kerendahan keilmuwan
yang dialami bangsa Barat ketika itu. Juga merupakan kebodohan yang nyata
terhadap kaidah-kaidah rumah sakit, bahkan terhadap kaidah-kaidah kesehatan
umum yang seharusnya.
Jadi, kesimpulan atas pembahasan ini adalah :
a.
Dalam pengaturan rumah sakit, peradaban kita lebih dahulu dari
orang-orang Barat, sekurang-kurangnya tujuh abad.
b.
Rumah-rumah sakit kita berpijak pada rasa kemanusiaan yang mulia
yang tak ada bandingannya dalam sejarah dan tidak pula dikenal oleh orang-orang
Barat sampai sekarang.
c.
Kita adalah umat paling dahulu mengenal pengaruh besar musik,
komedi dan sugesti dalam peyembuhan orang-orang sakit.
d.
Dalam mewujudkan solidaritas sosial kita telah mencapai batas yang
tidak pernah dicapai oleh peradaban Barat hingga sekarang, yakni ketika kita
memberanikan perawatan, pengobatan dan makanan kepada para pasien secara
gratis. Bahkan kepada yang miskin kita memberikan sejumlah uang yang bisa
dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sampai mampu bekerja.
I.Perpustakaan Dalam Peradaban Islam
Dalam satu hal
yang berkaitan dengan pembicaraan tentang badan-badan sosial dan keilmuan dan
dalam peradaban kita adalah pembicaraan mengenai perpustakaan. Sekolah-sekolah
dan badan-badan sosial yang diberi infak oleh para amir, hartawan dan
ulama dimaksudkan agar ilmu pengetahuan tersebar di kalangan orang banyak,
khususnya pada masa itu. Dari uraian ini kita bisa mengetahui dengan jelas
bahwa dalam masyarakat kita pada masa silam berdirinya
perpustakaan-perpustakaan lahir dari rasa kemanusiaan, sekaligus dari
kecenderungan keilmuan.
Masyarakat kita
pada masa silam lebih mengutamakan membaca buku daripada mendatangi orang-orang
di majelis-majelis mereka. Mereka melihat kesukaan terhadap buku lebih dekat ke
hati daripada kesukaan terhadap khalifah atau orang yang punya kekuasaan.
Muhammad bin Abdul Malik Az Zayyat, wazir yang sastrawan, pernah mengasingkan
diri di rumahnya selama beberapa waktu. Pada satu waktu Al Jahizh ingin
mengunjunginya. Ia berpendapat hadiah terbaik yang akan diberikan kepada
sahabatnya itu adalah buku dibawahi Imam bahasa Arab. Betul saja, betapa
senangnya Wazir menerima hadiah itu. Ia berkata kepada Al Jahizh, Demi Allah,
tidaklah engkau memberikan hadiah kepadaku yang lebih kusukai daripada buku
ini.
Dengan roh
keilmuan ini, para ulama, hartawan dan amir kita sangat mencintai
buku. Mereka mengumpulkan buku sampai-sampai berpendapat bahwa bencana yang
menimpa harta dan rumah mereka lebih ringan daripada bencana yang menimpa
buku-bukunya. Dengan roh keilmuan ini mereka berlomba membeli karangan-karangan
ilmiah dari para penulisnya begitu selesai ditulis. Dari roh keilmuan ini
munculnya penyebaran perpustakaan-perpustakaan di berbagai penjuru dunia Islam.
Amat jarang sekolah yang tidak mempunyai perpustakaan dan hampir tak ada sebuah
desa pun yang tidak memiliki perpustakaan. Ibukota dan kota-kota besar penuh
dengan perpustakaan-perpustakaan dengan bentuk yang tak ada bandingannya dalam
sejarah masa-masa pertengahan. Perpustakaan pada masa itu ada dua macam,
perpustakaan umum dan perpustakaan khusus.
1.
Perpustakaan umum
Perpustakaan
umum didirikan oleh para khalifah, amir, ulama dan hartawan. Untuk perpustakaan
tersebut mereka juga menambahkan bangunan-bangunan khusus dan terkadang
digabung dengan masjid-masjid dan sekolah-sekolah besar. Bangunan-bangunan
khusus itu terdiri dari kamar-kamar yang dihubungkan oleh serambi-serambi yang
luas. Buku-buku diletakaan di rak-rak yang terpancang di dinding-dinding.
Setiap ruangan dikhususkan untuk satu cabang ilmu. Di situ terdapat serambi
khusus untuk orang-orang yang muthala’ah (ruang baca) dan
ruangan-ruangan untuk para penulis yang ingin menyalin buku-buku. Di sebagian
perpustakaan terdapat pula ruangan untuk musik yang didatangi orang-orang
muthala’ah untuk beristirahat dan refreshing. Ini merupakan salah satu
keunikan peradaban kita. Disitu terdapat ruangan untuk halaqah-halaqah kajian
dan diskusi keilmuan.
Secara
keseluruhan perpustakaan dilengkapi dengan perkakas yang megah dan nyaman. Di
sebagian perpustakaan terdapat pula ruang makan (untuk para pengunjung) dan
ruang tidur (untuk pengunjung asing). Perpustakaan umum tersebut mempunyai
pegawai-pegawai yang dipimpin oleh kepala perpustakaan yang juga seorang ulama
paling tersohor pada masanya. Di situ juga ada petugas-petugas yang menyerahkan
buku-buku kepada para pembaca, ada penerjemah-penerjemah yang menerjemahkan
buku-buku asing, ada penyalin-penyalin yang menulis buku-buku dengan tulisan
tangan mereka yang indah dan ada juga penjilid-penjilid yang menjilid buku-buku
agar tidak rusak atau hilang. Selain itu, besar ataupun kecil, mempunyai
katalog-katalog yang dijadikan rujukan untuk kemudahan penggunaan buku-buku.
Katalog itu disusun berdasarkan bab-bab ilmu. Di samping itu pada setiap lemari
dipasang daftar yang memuat nama-nama buku yang ada di lemari itu. Yang sudah
dikenal dalam sistem perpustakaan ialah bahwa peminjaman buku untuk dibawa
pulang biasanya diijinkan dengan membayar jaminan atas buku itu bagi orang
kebanyakan, sedang bagi ulama dan orang-orang yang mempunyai keutamaan tidak
dikenal ketentuan ini.
Sumber-sumber
keuangan yang membiayai perpustakaan-perpustakaan itu antara lain berasal dari
wakaf-wakaf yang didirikan secara khusus untuk itu dan ini sudah menjadi
keadaan sebagian besar perpustakaan. Di samping itu ada juga buku-buku dari
pemberian-pemberian para amir, hartawan dan ulama yang mendirikan
perpustakaan-perpustakaan tersebut. Contoh perpustakaan umum :
a.
Perpustakaan Khalifah Dinasti Fatimiyah di Kairo
Perpustakaan ini sangat menakjubkan karena isinya berupa
mushaf-mushaf dan buku-buku yang sangat berharga. Jumlah seluruh buku yang ada
di situ mencapai dua juta eksemplar.
b.
Perpustakaan Darul Hikmah di Kairo
Perpustakaan ini mulai dibuka pada tanggal 10 Jumadil Akhir tahun
395 H, setelah dilengkapi perabotan dan hiasan. Pada semua pintu dan lorongnya
dipasangi tirai. Di situ ditempatkan pula para penanggung jawab, karyawan dan
petugas. Di situ dihimpun buku-buku yang belum pernah dihimpun oleh seorang
raja pun. Perpustakaan itu mempunyai 40 lemari. Bahkan ada salah satu lemari yang
membuat 18.000 buku tentang ilmu-ilmu kuno. Semua orang boleh masuk kesitu.
Diantara mereka ada yang datang untuk membaca buku,menyalin atau untuk belajar.
Disitu terdapat segala yang diperlukan (tinta, pena,kertas dan tempat tinta)
c.
Perpustakaan Baitul Hakam di Baghdad
Didirikan oleh Harun ar Rasyid dan mencapai puncak kebesarannya
pada masa Al Ma’mun. Perpustakaan ini lebih menyerupai sebuah universitas yang
di dalamnya terdapat buku-buku. Orang-orang berkumpul disitu, berdiskusi,
muthala’ah dan menyalin buku. Disitu juga terdapat para penyalin dan penerjemah
yang menerjemahkan buku-buku yang diperoleh Ar Rasyid dan Al Ma’mun dalam
penaklukan-penaklukan Ankara, Amuria dan Cyprus.
d.
Perpustakaan Al Hakam di Andalus
Buku yang ada di situ sampai mencapai 400.000 buah. Perpustakaan
ini mempunyai katalog-katalog yang sangat teliti dan teratur sehingga sebuah
katalog khusus dewan-dewan syi’ir yang ada di perpustakaan itu mencapai 44
bagian. Di perpustakaan ini terdapat pula para penyalin buku yang cakap dan
penjilid-penjilid buku yang mahir.
e.
Perpustakaan Bani Ammar di Tripoli
Di situ terdapat 180 penyalin yang menyalin buku-buku. Mereka
bekerja secara bergiliran siang dan malam supaya penyalinannya tidak terhenti.
Bani Ammar sangat gemar melengkapi perpustakaan dengan buku-buku yang langka
dan baru. Mereka mempekerjakan orang-orang pandai dan pedagang-pedagang untuk
menjelajah negeri-negeri dan mengumpulkan buku-buku yang berfaedah dari
negeri-negeri yang jauh dan dari wilayah-wilayah asing.
2.
Perpustakaan Pribadi
Perpustakaan-perpustakaan
pribadi pada masa peradaban kita dahulu antara lain :
a.
Perpustakaan Al Fath bin Khaqan (terbunuh tahun 247 H)
Al Fath memiliki perpustakaan yang luas. Dia mengamanatkan
pengumpulan buku-bukunya kepada seorang ulama dan sastrawan pilihan pada
masanya, yaitu Ali bin Yahya al Munjim sehingga di perpustakaannya terkumpul
buku-buku hikmah yang sama sekali belum pernah terkumpul di perpustakaan hikmah
sendiri.
b.
Perpustakaan Ibnu Khasyab (Wafat tahun 567 H)
Dia sangat gemar kepada buku hingga mencapai batas tamak.
Kegemarannya ini memaksakannya menempuh jalan tak terpuji dalam mengumpulkan
buku. Jika ia datang ke pasar buku dan ingin membeli sebuah buku, ia merobek
sebagian kertasnya ketika orang-orang sedang lalai agar ia bisa mendapatkannya
dengan harga murah. Jika ia meminjam
buku dari seseorang kemudian orang itu memintanya kembali maka dia berkata “ada
kesangsian antara aku dan buku-buku itu sehingga aku tidak bisa
mengembalikannya”
c.
Perpustakaan Jamaluddin al Qifthi (Wafat tahun 646 H)
Perpustakaannya selalu dituju oleh orang-orang dari berbagai
penjuru karena mengharapkan kemurahan dna kedermawanannya. Ia tidak mencintai
dunia selain buku-bukunya. Ia mewakafkan dirinya untuk buku-buku.ia mewasiatkan
perpustakaannya yang bernilai 50 dinar kepada AN Nashir.
d.
Perpustakaan Bani Jaradah al Ulama di Haleb
Salah seorang dari bani itu, Abul Hasan bin Abi Jaradah (548 H)
menulis dengan khat-nya buku-buku berharga sebanyak tiga lemari. Satu lemari
untuk anaknya, Abu Barakat, dan satu lemari untuk anaknya, Abdullah
e.
Perpustakaan Muwaffaq bin Muthran ad Dimasqi (587 H)
Ia mempunyai semangat tinggi untuk mendapatkan buku sehingga
tatkala telah meninggal di lemarinya terdapat buku-buku kedokteran dan
buku-buku lain sebanyak 10.000. untuk membantunya, ada tiga orang penyalin yang
selalu menuliskan untuknya. Para penyalin itu diberi gaji dan nafkah. Itulah
beberapa contoh perpustakaan umum dan perpustakaan pribadi yang pernah memenuhi
peradaban kita pada masa silam. Hal ini membuktikan, betapa tingginya kita
menjunjung keilmuan.
Petaka yang menimpa Perpustakaan Dunia Islam
Petaka itu
ditimpahkan oleh tentara Tatar ketika mereka menaklukan Baghdad. Yang pertama
kali dihancurkan sebelum menghancurkan yang lain adalah perpustakaan. Tentara
Tatar yang biadab melemparkan semua buku yang mereka dapatkan di
perpustakaan-perpustakaan umum ke sungai Dajlah sehingga sungai itu penuh
dengan buku-buku. Sampai-sampai seorang penunggang kuda bisa melintas di
atasnya dari tepi ke tepi sungai. Air sungai tetap hitam pekat selama
berbulan-bulan lantaran tercampur dengan tinta buku-buku yang ditenggelamkan ke
situ.
Petaka perang
Salib juga telah membuat ktia kehilangan perpustakaan-perpustakaan paling
berharga yang ada di Tripoli, Maarrah, Al Quds, Ghazzah, Asqalan, dan kota-kota
lainnya yang dihancurkan mereka. Salah seorang sejarawan menaksir, buku-buku
yang di musnahkan tentara salib di Tripoli sebanyak tiga juta buah. Petaka
penduduk Spanyol atas Andalus juga telah membuat kita kehilangan
perpustakaan-perpustakaan besar yang diceritakan sejarah dengan mencengangkan.
Semua buku di bakar oleh pemeluk-pemeluk agama yang fanatik. Bahkan buku-buku
yang dibakar dalam sehari di lapangan Granada menurut taksiran sebagian
sejarawan berjumlah satu juta buku. Petaka-petaka umum itu beralih kepada
petaka-petaka akibat fitnah-fitnah intern. Perpustakaan para khalifah dinasti
Fatimiyah berakhir riwayatnya karena di serang oleh masa dari kalangan budak
Turki. Mereka menyalakan api di dalam perpustakaan itu dan seorang budak
membagi-bagi cover-cover buku, kemudian dijadikan sandal-sandal yang mereka
pakai. Sejumlah besar buku mereka lempar ke sungai Nil dan sebagian diangkut ke
wilayah-wilayah lain, sedang sisanya diterbangkan angin sehingga menjadi
gundukan buku.
Petaka paling
aneh yang menggelikan adalah yang diperbuat oleh orang-orang dungu terhadap
ilmu dan buku. Amir bin Fatik, salah satu amir Mesir di abad ke-5 H mempunyai
sebuah perpustakaan yang besar. Sebagian waktunya digunakan untuk duduk disitu.
Ia mempunyai seorang istri keturunan bangsawan tetapi dirasuki cemburu terhadap
buku-buku terebut (karena suaminya begitu gemar membaca dan mencintai
buku-bukunya). Ketika Amir bin Fatik wafat maka si istri besertra
pelayan-pelayannya mendatangi perpustakaannya. Ia begitu sakit hati terhadap
buku-buku tersebut karena telah melalaikan suaminya dari dirinya. Ia menangisi
dan meratapi suaminya sambil melemparkan buku-buku itu ke kolam besar di tengah
rumah (dengan dibantu oleh para pelayannya). Begitulah yang diperbuat seorang
istri yang marah karena suaminya mencintai buku. Ia menuntut balas kepada
buku-buku itu setelah suaminya wafat.
J.Majelis dan Forum Keilmuan
Majelis dan
forum keilmuan dalam peradaban kita mempunyai pengaruh besar dalam penyebaran
kebudayaan, penyiaran ilmu, pengangkatan kelas sosial dan rasa keilmuan di
lingkungan kebudayaan. Di ibukota-ibukota besar kita banyak sekali terdapat
majelis dan forum-forum ilmiah selain sekolah, lembaga dan perpustakaan.
Majelis-majelis, baik yang khusus maupun yang umum. Majelis-majelis itu digunakan
sebagai perlombaan keilmuan, kesusastraan dan kefilsafatan. Majelis-majelis ini
banyak dan bermacam-macam. Majelis di lingkungan para khalifah dipimpin
langsung oleh khalifah sendiri. Penyelenggaraannya digabung dengan para ulama,
sastrawan, dan ahli-ahli fiqih yang termasyhur di ibukotanya. Majelis-majelis
para khalifah berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban Islam dan
pertumbuhan kebudayaannya. Pada masa Khulafaur Rasyidin, majelis-majelis itu
membicarakan urusan-urusan negara dan tindakan-tindakan para penguasa. Majelis
serupa dengan parlemen dimana para pembesar membicarakan berbagai urusan dan
perkara yang menyangkut kepentingan negara.
Pada masa Bani
Umayyah majelis-majelis para khalifah menjadi majelis-majelis sastra, hikmah,
dan syi’ir. Suatu hari Abdullah ibnu Hasyim menghadiri majelis Muawiyah.
Muawiyah bertanya, siapa yang bisa memberitahu akan mengenai al jud, an
najdah, dan al muruah? Abdullah menjawab, Wahai amirul mukminin, al
jud adalah mendermakan harta pemberian sebelum diminta, an najdah ia
berani maju dan sabar ketika mengalami cobaan, sedang al muruah ia
keshalehan dalam agama, memperbaiki keadaan dan melindungi tetangga.
Setelah
majelis-majelis para khalifah berkembang pada masa dinasti Abbasiyah sehingga
majelis ini termasuk majelis yang paling cemerlang mengenai perlengkapannya
yang bagus, ruangannya yang luas, ilmuan dan sastrawannya pun beraneka ragam.
Ini selain majelis-majelis ringan yang didominasi oleh warna kesastraan dengan
segala yang diungkapan di dalamnya berupa pembicaraan mengenai syi’ir dan para
penyair serta penafsiran kata-kata yang disenandungkan oleh penyanyi. Diantara
khalifah-khalifah bani Abbas yang paling masyhur dalam kemegahan majelisnya dan
kecemerlangannya adalah Ar Rasyid dan Al Ma’mun. Di majelis-majelis Ar Rasyid
selalu berkumpul tokoh-tokoh ilmuan dari setiap cabang seni dan ilmu.
Pelopor-pelopor majelis dari kalangan penyair dalam peradaban kita antara lain,
Abu Nuwas, Abu Atahiyah, Di’bil,Al-Ma’ Muslim bin Walid, dan Abbas bin Ahnaf.
Dari kalangan fuqaha antara lain Abu Yusuf, As Syafi’i, Muhammad bin Hasan.
Dari kalangan ahli bahasa yaitu Abu Ubaidah, Asmai, dan Al Kisai. Dari kalangan
sejarawan yaitu Al Waqidi (sejarawan yang tersohor). Dari kalangan penyanyi
yaitu Ibrahim al Mousili yang berlangsung dan puteranya, Ishaq.
Salah satu
contoh perdebatan sastra yang berlangsung di majelis Ar Rasyid adalah sebagai
berikut :
Suatu hari di
sisi Ar Rasyid berkumpul Sibawaih, Al Kisai, dan guru-guru besar bahasa dan
sastra. Al Kisai mengklaim bahwa orang Arab mengatakan : kuntu azhunnuz
zanbura asyadda las’an minan nahlah, faidza huwa iyyaha (aku kira tabuhan
lebih keras sengatannya daripada tawon, ternyata sama saja). Sibawaih berkata,
“yang benar adalah faidza huwa hiya”. Maka terjadilah perdebatan panjang antara
Al Kisai dengan Sibawaih. Mereka akhirnya bersepakat untuk merujuk kepada orang
Arab asli yang perkataannya berssepakat tidak tercampur oleh perkataan penduduk
kota. Ar Rasyid sangat mencintai dan memperhatikan Al Kisai karena sebelum
menjadi khalifah ia selalu diajari berbagai hal oleh al Kisai. Maka Ar Rasyid
mengundang seorang Arab asli dan ia bertanya mengenai perkataan tersebut. Orang
Arab asli tersebut mengucapkan kalimat seperti yang diucapkan Sibawaih. Ar
Rasyid berkata kepadanya, “kami ingin engkau mengucapkannya seperti yang
diucapkan oleh Al Kisai”. Orang itu berkata, “lidahku tidak dengan mereka bahwa
jika mereka menanyainya tentang masalah itu, kemudian yang benar harus salah
seorang dari keduanya maka benar adalah al Kisai.” Hal itu berlangsung di
tengah hadirin yang banyak. Sibawaih pun tahu bahwa mereka menentangnya untuk
Al Kisai. Ia ke luar dari Baghdad dengan sedih. Dikatakan, tak lama kemudian ia
meninggal dalam keadaan berduka.
Majelis-majelis
Al-Ma’mun merupakan majelis ilmiah yang paling cemerlang dalam sejarah
peradaban Islam, karena Al-Ma’mun sendiri termasuk ulama ahli pikir. Istananya
penuh dengan tokoh-tokoh besar dari kalangan ilmuwan, sastrawan, penyair,
dokter dan filsuf yang didatangkannya dari berbagai penjuru kerajaannya.
Tak ketinggalan
kami sebutkan pula toko-toko buku juga merupakan majelis-majelis bagi para
ulama (ilmuwan). Di situ mereka saling mengungkapkan pembicaraan yang terbaik
tentang ilmu. Setiap orang berbicara tentang ilmu yang menjadi spesialisasinya.
Penjual-penjual buku kebanyakan sastrawan-sastrawan yang berpendidikan. Mereka
memanfaatkan pekerjaan mereka untuk memenuhi kegairahan mereka di bidang ilmu.
Ibnu Nadim, pengarang buku Al Fihrisat dan Yaqut pengarang buku Mu’jamul
Udaba, mereka semua adalah penjual buku.
Di sini memang tidak membicarakan majelis-majelis para fuqaha, ahli
hadits dan para penasehat, karena hal itu sudah umum dan tersebar di setiap
kota dan desa. Singkat kata, peradaban kita pada masa-masa kejayaannya telah
memenuhi dunia Islam dengan cahaya ilmu yang menyelubungi rumah-rumah,
masjid-masjid, sekolah-sekolah, forum-forum, majelis-majelis, dan toko-toko
sehingga benarlah apa yang dikatakan oleh Gustave Lebon. Katanya, kecintaan
bangsa Arab terhadap ilmu besar sekali. Mereka telah mencapai derajat
kebudayaan yang tinggi setelah mereka menyelesaikan penaklukan-penaklukan dalam
waktu yang sangat singkat. Karena itulah mereka mampu menciptakan sebuah
peradaban yang membuat ilmu-ilmu, sastra-sastra dan seni-seni menjadi matang
dan mencapai puncaknya.
oia lupa.. ini tulisan hasil kerjasama bareng "PA'UL" (temen sekelas)
BalasHapusbang makasih ya...membantu sekali
BalasHapus