Senin, 02 Juli 2012

PERBANDINGAN PERADABAN ISLAM DENGAN PERADABAN EROPA PADA ABAD PERTENGAHAN


A.Perbandingan Peradaban Islam dan Eropa Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan yaitu abad ke-10 Masehi (ke-4 Hijriah) terdapat perbedaan yang sangat besar antara kota dunia Islam dengan Kota Dunia Barat. Dunia Islam dengan peradaban , kehidupan, dan kekuatan yang gemilau. Dan dunia Barat dengan dunianya yang primitive sama sekali tidak ada kesan kehidupan, peradaban, dan ilmu pengetahuan.
1. Keadaan dunia Eropa yang Primitif
Dalam buku sejarah umum karya Lavis dan Rambou dijelaskan bahwa Inggris Anglo-Saxon pada abad ke-7 M hingga sesudah abad ke-10 M merupakan negeri yang tandus, terisolir, kumuh dan liar. Rumah-rumah dibangun dengan batu kasar tidak dipahat dan diperkuat dengan tanah halus. Rumah-rumah itu berpintu sempit, tidak terkunci kokoh dan dinding serta temboknya tidak berjendela.
Tempat kediaman dan keamanan manusia tidak lebih baik dari hewan. Kepala suku tinggal di gubuknya bersama keluarga, pelayan dan orang-orang yang punya hubungan dengannya. Mereka berkumpul di sebuah ruangan besar. Di bagian tengahnya terdapat tungku yang asapnya mengepul lewat lobang tembus yang menganga di langit-langit.
Mereka tidak mengenal kebersihan. Kotoran hewan dan sampah dapur dibuang di depan rumah sehingga menyebarkan bau-bau busuk yang meresahkan. Satu keluarga semua anggotanya (laki-laki, perempuan dan anak-anak) tidur di satu kamar bahkan seringkali binatang-binatang piaraan dikumpulkan bersama mereka. Tempat tidur mereka berupa sekantung jerami yang di atasnya diberi sekantung bulu domba sebagai bantal. Jalan-jalan raya tiada ada saluran airnya, tidak ada batu-batu pengeras dan lampu. Kota terbesar di Eropa berpenghuni tidak lebih dari 25.000 orang. Begitulah keadaan bangsa Barat pada abad pertengahan sampai abad ke-11 Masehi, menurut pengakuan para sejarawan mereka sendiri.
2. Dunia Islam Abad Pertengahan
Beralih menuju peradaban dunia Timur yang kontras perbandinganya dengan peradaban dunia Barat. kota-kota besar Islam itu seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba, Granada dan Sevilla.

a. Cordoba
Di masa Abdurrahman III dari Bani Umayyah Cordoba adalah ibukota Andalus yang muslim. Malam hari kota itu diterangi lampu-lampu sehingga pejalan kaki memperoleh cahaya sepanjang sepuluh mil tanpa terputus. Lorong-lorongnya dialasi dengan batu ubin. Sampah-sampah disingkirkan dari jalan-jalan. Penduduknya lebih dari satu juta jiwa (pada masa itu kota terbesar di Eropa penduduknya tidak lebih dari 25.000 orang). Rumah-rumah penduduknya berjumlah 283.000 buah. Gedung-gedung sebanyak 80.000 buah, masjid ada 600 buah dan luas kota Cordoba adalah delapan farsakh (30.000 hasta). Masyarakat disitu semua terpelajar. Di pinggiran kota bagian timur terdapat 170 orang wanita penulis mushaf dengan Khat Kufi. Di seluruh Cordoba terdapat lima puluh rumah sakit dan delapan puluh sekolah. Orang-orang miskin menuntut ilmu secara cuma-cuma.
Adapun mesjidnya sampai sekarang bekas-bekasnya masih merupakan bukti abadi dalam seni dan kreasi. Tinggi menaranya 40 hasta dengan kubah yang menjulang berdiri di atas batang-batang kayu berukir yang ditopang oleh 1093 tiang yang terbuat dari berbagai macam marmer berbentuk papan catur. Di malam hari masjid itu diterangi dengan 4.700 buah lampu. Menurut sejarawan Barat mihrabnya merupakan fenomena paling indah yang terlihat mata manusia. Tidak ada dalam peninggalan manapun (entah klasik atau modern) yang melebihi keindahan dan keagungannya.
Di Cordoba terdapat istana Az-Zahra yang abadi dalam sejarah karena nilai seni dan kecanggihannya sehingga sejarawan Turki, Dhiya Pasya, mengatakan bahwa istana itu merupakan keajaiban jaman yang belum pernah terlintas imajinasinya dalam benak para arsitek sejak Allah menciptakan alam. Pembangunan Az-Zahra memakan waktu empat tahun. Rata-rata batu yang dipahat setiap hari sebanyak 6.000 buah di samping batu-batu yang dipakai untuk pengerasan lantai. Buruh yang bekerja di situ berjumlah 10.000 orang setiap hari, dibantu oleh 1400 ekor bagal, dan setiap hari dipasok 1.100 muatan bata dan gamping. Di istana agung inilah khalifah Al-Mustansir (tahun 351 H) menyambut raja Spanyol Kristen, Ardoun Alfonso. Ketika memasuki Az-Zahra raja Spanyol itu tercengang melihat kemegahan dan keagungan istana tersebut, begitu pula ketika melihat para pelayan, laskar dan senjata-senjatanya.

b. Granada
Di Granada tersingkap keagungan bangunan dalam istana Al-Hamra yang merupakan lambang keajaiban yang mencengangkan orang-orang yang melihatnya dan menjadi pusat perhatian para wisatawan dari manca Negara. Istana ini didirikan di atas bukit yang menghadap ke kota Granada dan hamparan ladang yang luas dan subur yang mengelilinginya kota itu sehingga tampak sebagai tempat terindah di dunia. Disitu terdapat ruangan yang banyak, antara lain ruang Al Aswad, ruang Al Ukhtain, ruang keadilan dan ruang para duta. 
Senandung penyair Perancis, Victor Hugo yang mengatakan 'Wahai Al Hamra! Wahai istana yang dihias oleh malaikat seperti kehendak khayalan, dan dijadikannya lambang keserasian! Wahai benteng yang memiliki kemuliaan, yang dihias dengan ukiran dan lukisan, bak bunga-bunga dan ranting-ranting yang rindang menggelantung! Tatkala sinar rembulan yang keperak-perakan memantul pada dinding-dindingmu, dari sela-sela bangunan Arab-mu, terdengar bagimu di malam hari suara yang menyihir akal'.
c. Sevilla
Di kota Sevilla terdapat 6000 alat tenun untuk sutera saja. Setiap penjuru kota Sevilla dikelilingi pohon-pohon zaitun, dan karena itulah di situ terdapat 100.000 tempat pemerasan minyak zaitun. Setiap kota terkenal dengan berbagai macam industrinya. kota-kota itu terkenal dengan pabrik-pabrik baju besi, topi baja, dan alat perlengkapan baja lainnya sehingga orang-orang Eropa datang dari setiap tempat untuk membelinya. Renault berkata, Ketika bangsa Arab menyerbu Perancis Selatan dari Andalus dan menaklukkan kota-kota Narbonne, Avignon, Lion, dan lain-lain, mereka dilengkapi dengan senjata-senjata yang tak dimiliki bangsa Eropa.
d. Baghdad
Sebelum dibangun oleh Al Mansur, khalifah Abbasiah yang tersohor, Baghdad yang ketika dibangun daerah yang sempit dan kecil. Al Mansur bertekad bulat membangunnya, ia lalu mendatangkan insinyur-insinyur teknik, para arsitek dan pakar-pakar ilmu ukur. Kemudian ia melakukan sendiri peletakan batu pertama dalam pembangunan .
Seluruh biaya yang dibelanjakan untuk membangun Baghdad mencapai 4.800.000 dirham, sedang jumlah pekerja yang bekerja di situ mencapai 100.000 orang. Terdapat 11 sungai cabang yang airnya mengalir ke seluruh rumah-rumah dan istana-istana Baghdad. Tempat mandinya mencapai 60.000 buah dan di akhir masa pemerintahan Bani Abbas jumlah ini berkurang menjadi hanya beberapa puluh ribu buah. Masjid-masjid mencapai 300.000 buah. Abu Bakar Al Khatib berkata,”Belum pernah bagi Baghdad ada bandingannya di dunia ini dalam hal keagungan martabatnya, kebesaran pengaruhnya, banyak ulama dan cendekiawannya, pengistimewaan kaum intelektual dan kaum awamnya, keluasan wilayah dan batas-batasnya, banyaknya tempat tinggal dan rumah, jalan dan pintu gerbang, pasar-pasar dan tempat pertemuan, lorong-lorong dan jalan raya, masjid-majid dan tempat pemandian, hotel-hotel, dan tempat penginapannya, juga kenyamanan udaranya, kesegaran airnya, kesejukan tempat pernaungan-nya, keseimbangan musim panas dan musim dinginnya, kesempurnaan musim semi dan musim rontoknya, pertumbuhan yang terbatas dari jumlah penduduknya”.
B.Faktor-Faktor yang Menjadikan Peradaban Islam`Unik`
Yang paling menarik perhatian para peneliti terhadap peradaban kita adalah beberapa karakteristik yang membuat peradaban kita menjadi unik, antara lain:
1. Berasas Tauhid
Peradaban kita berpijak pada asas wahdaniah (ketunggalan) yang mutlak dalam aqidah. Peradaban kita adalah peradaban pertama yang menyerukan bahwa Tuhan itu satu dan tidak mempunyai sekutu dalam kekuasaan dan kerajaanNya. Hanya Dia yang disembah dan hanya Dia yang dituju oleh kalimat Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan (Iyyaaka na`budu wa iyyaaka nas ta`iin). Ketinggian dalam memahami wahdaniah ini mempunyai pengaruh besar dalam mengangkat martabat manusia, dalam membebaskan rakyat jelata dari kezaliman raja, pejabat, bangsawan dan tokoh agama. Tidak itu saja, tapi wahdaniah ini juga berpengaruh besar dalam meluruskan hubungan antara peguasa dan rakyat, dalam mengarahkan pandangan hanya kepada Allah semata sebagai pencipta mahkluk dan Robb adalah Islam yang hampir membedakannya dari seluruh peradaban baik yang telah berlalu maupun yang akan datang, yakni kebebasannya dari setiap fenomena paganisme (paham keberhalaan) dalam aqidah, hukum, seni, puisi dan sastra.
2. Kosmopolitanisme
Peradaban Islam bervisi kosmopolitan. Qur`an telah menyatakan kesatuan jenis manusia meskipun berbeda-beda asal-usul keturunan, tempat tinggal dan tanah airnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta`ala: `Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. sesungguhnya orang yang paing mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.`(Al Hujurat 13)
Ketika menyatakan kesatuan manusia yang kosmopolitan di atas jalan kebenaran, kebaikkan dan kemuliaan, Al-Qur`an telah menjadikan peradaban Islam sebagai simpul yang menghimpun semua kejeniusan bangsa-bangsa dan potensi umat yang bernaung di bawah panji-panji peradaban Islam. Setiap peradaban dapat membanggakan tokoh-tokoh jenius hanya dari putera-puteranya yang satu ras dan satu umat tetapi peradaban Islam tidak demikian. Peradaban Islam tidak mengenal nation yang kecil dan terpecah-pecah. Sebaliknya, peradaban Islam menyatukan umat manusia dari beragam latar belakang ras, bangsa, wilayah geografis, keturunan dan beragam bahasa. Tanpa menghilangkan jati diri dan identitas masing-masing.
3. Berasas Pada Moral Yang Agung
Peradaban kita tidak pernah lepas dari prinsip-prinsip moral ini. Bahkan moral menjadi ciri khas peradaban Islam. Para penyebar Islam ke berbagai negeri justru menjadi guru dalam bidang moral buat setiap negeri yang dimasukinya. Peradaban Islam sungguh kontras peradaban Barat hari ini yang gencar mengekspor free sex, lesbianisme, homoseksual, hedonisme dan dekadensi moral.  Peradaban barat telah melahirkan anak-anak yang tidak pernah tahu siapakah ayah mereka, karena mereka lahir dari rahim wanita-wanita yang terbiasa berzina dengan sejumlah besar laki-laki. Dan wajar pula bila penyakit AIDS yang mematikan lahir di peradaban mereka. Peradaban Islam mengajarkan persamaan derajat manusia. Menghormati dan memuliakan wanita serta menempatkan pada posisi yang sangat penting. Mengharamkan protitusi baik resmi maupun terselubung. Mengharamkan zina dan perselingkuhan.
4. Menyatukan Agama dan Negara
Peradaban Islam mampu menciptakan tatanan negara dengan berpijak pada prinsip-pinsip kebenaran dan keadilan, bersandar pada agama dan aqidah tanpa menghambat kemajuan negara dan kesinambungan peradaban. Peradaban Islamlah satu-satunya peradaban yang tidak memisahkan agama dari negara, sekaligus selamat dari setiap tragedi percampuran antara keduanya sebagaimana yang dialami Eropa pada abad-abad pertengahan. Kepala negara adalah khalifah dan amir bagi orang-orang mukmin, tetpi kekuasaan disisinya adalah untuk kebenaran. Adapun pembuatan undang-undang diserahkan kepada pakar-pakarnya Setiap kelompok ulama (ilmuwan) mempunyai spesialisai sendiri-sendiri, dan semua sama di hadapan undang-undang keutamaan yang satu atas yang lainnya ditentukan oleh taqwa dan pengabdian umum kepada manusia, sebagaimana yang pernah di ucapkan Rasulullah Saw megenai keadilan dalam perundang-undangan ini. Beliau berkata: “Demi Allah, andaikata Fatimah, putri Muhammad mencuri, pasti Muhammad memotong tangannya.”(HR.Bukhari dan Muslim)
5. Toleransi Yang Mulia
Peradaban kita mempunyai toleransi keagamaan yang mengagumkan, yang tidak pernah dikenal oleh peradaban lain yang juga berpijak kepada agama. Orang yang tidak percaya kepada semua agama atau Tuhan tidak tampak aneh jika ia memandang semua agama berdasarkan pengertian yang sama serta memperlakukan pemeluk-pemeluknya dengan ukuran yang sejajar. Tetapi pemeluk agama yang meyakini bahwa agamanya benar dan aqidahnya paling lurus dan syah, kemudian dia diberi kesempatan untuk memanggul senjata, dan meduduki kursi pengadilan dan kesempatan itu tidak membuatnya zalim atau menyimpang dari garis-garis keadilan, atau tidak menjadikan dia memaksa manusia untuk mengikuti agamanya, maka orang semacam ini sungguh sangat aneh ada dalam sejarah. Peradaban kita menjadi unik dalam sejarah karena mendirikannya adalah satu agama tetapi keberadaannya untuk agama-agama lain seluruhnya. Semua karakteristik dan keistimewaan itu mejadikan peradaban kita sebagai objek kekaguman dunia menjadi pusat perhatian orang-orang merdeka dan cendekia dari setiap ras dan agama.
Ketika perdaban kita kuat, ia memerintah, mengarahkan, mendidik dan mengajarkan ilmu, tetapi tatkala ia runtuh dan peradaban lain sesudahnya berdiri maka muncullah berbagai pandangan menilai perdaban kita. Ada yang membicarakan keutamaannya dan ada pula yang berlebihan dalam mencelanya. Barangkali alasan pencela-pencela itu ialah bahwa peradaban kita tidak ada artinya jika dibandingkan dengan mutiara-mutiara peradaban modern serta penemuan dan penaklukannya dalam cakrawala ilmu pengetahuan modern. Kendati ini benar tapi tetap tidak layak mencela peradaban kita karena:
1. Setiap peradaban mengandung dua unsur yaitu unsur moral spiritual dan unsur material.
Mengenai unsur material, tidak di ragukan lagi. Kemajuan yang diciptakan oleh peradaban kita berupa sarana-sarana kehidupan dan fenomena-fenomena peradaban yang belum pernah dikenal sama sekali oleh peradaban-peradaban terdahulu. Adapun unsur moral spiritual adalah unsur yang mengekalkan peradaban-peradaban dan menjadi sarana untuk menaikkan risalah membahagiakan manusia dan menjauhkannya dari penderitaan dan momok yang menakkutkan. Di bidang ini peradaban kita telah mengungguli setiap peradaban dan mencapai batas yang tak ada bandingannya dalam masa sejarah manapun.
2. Peradaban tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lainnya dari ukuran material atau dengan hitungan jumlah dan luas, atau dengan kemewahan material dalam penghidupan, makanan dan minuman, tetapi peradaban harus dibandingkan menurut pengaruh-pengaruh yang ditinggalkannya dalam sejarah kemanusiaan.
C.Pengaruh Abadi Peradaban Islam di Dunia
Peradaban hanya abadi bila sesuai dengan pengaruh-pengaruh abadi yang di tampilkannya dalam sejarah kemanusiaan di berbagai aspek pemikiran, moral dan material. peradaban Islam telah memainkan peran penting dalam sejarah kemajuan manusia dan meninggalkan tapaknya baik dalam aqidah, ilmu, hukum, filsafat, seni, sastra dan lain-lain.
1. Bidang aqidah dan agama
Prinsip peradaban Islam mempunyai pengaruh besar terhadap gerakan-gerakan reformasi keagamaan yang berlangsung di Eropa sejak abad ke-7 Masehi sampai masa kebangkitan modern (renaissance). Islam menyatakan keesaan Allah dan keunikanNya dengan kekuasaan serta kesuciaanNya. Dengan Islam, manusia memahami syariat-syariat Allah SWT tanpa perantaraan tokoh-tokoh agama. Inilah yang menjadi faktor besar bagi terbukanya jalan pikiran bangsa-bangsa mengenai prinsip-prinsip yang kuat dan mengagumkan dari Islam. Maka wajar ketika penaklukan Islam di Barat dan Timur semakin meluas, umat-umat yang bertetangga dengannya pertama kali terpengaruh oleh prinsip-prinsip Islam dalam aqidah. Ini benar-benar terjadi yaitu ketika muncul pada abad ke-7 di kalangan bangsa Barat orang-orang yang menolak menyembah patung-patung, kemudian muncul setelah itu orang-orang yang menolak adanya perantara antara Allah dan hambahNya serta menyerukan kebebasan dalam memahami kitab-kitab suci, lepas dari kekuasaan dan pengawasan tokoh-tokoh agama.
2. Bidang filsafat dan ilmu (kedokteran, ilmu pasti, kimia, geografi dan astronomi)
Eropa terbangun oleh gaung para ilmuwan dan filsuf kita yang mengkaji ilmu-ilmu ini di masjid Sevilla,Cordoba, Granada, dan lain-lainnya. Pelopor-pelopor Barat yang belajar di sekolah-sekolah kita sangat mengagumi dan menggemari ilmu-ilmu ini. Pada waktu ilmuwan-ilmuwan kita berbicara dala majelis-majelis keilmuwan dan karanga-karangan mereka mengenai peredaran bumi dan benda-benda langit, akal orang-orang Eropa masih dipenuhi khurafat dan tahayul mengenai kenyataan-kenyataan ini. Karena itu muncul di kalangan orang-orang Barat gerakan penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Latin, dan mulailah buku-buku para ilmuwan kita diajarkan di perguruan-perguruan tinggi Barat.
Banyak orang-orang barat yang jujur mengakui bahwa di abad-abad pertengahan Islam adalah guru-guru bangsa Eropa selama tidak kurang dari enam ratus tahun. Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuwan hampir mejadi sumber satu-satunya bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Buku-buku Ibnu Sina pada akhir abad yang lalu masih diajarkan di Montpellier. Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku berbahasa Arab sajalah yang dijadikan rujukan oleh Roger Bacon, Leonardo de Vinci, Arnold de philippi, Raymond Lull, San Thomas, Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella.
O`Hilard, bangsa Inggris, melanglang Mesir dan Andalus antara tahun 1100 dan 1128. Mereka kemudian menerjemahkan buku Al-Arkan (dalam bahasa Arab) karya Eucleides, pakar ilmu pasti yunani, yang bangsa Arab sendiri tidak mengetahuinya. Rudolph dari Bruges menerjemahkan dari bahasa Arab buku geografi karya Ptolemee. Leonardo de Vinci sekitar tahun 1200 menulis sebuah risalah mengenai aljabar yang dipelajarinya dari bangsa Arab. Gherardo dari Cremona pada abad itu pula menyebarkan ilmu falak yang hakiki dengan menerjemahkan Al Majisti karya Ptolemee dan Syarh karya Jabir.
3. Bidang bahasa dan sastra
Orang-orang Barat, khususnya penyair-penyair Spanyol mendapat pengaruh besar dari sastra Arab. Yang menunjukkan kepada kita tentang sejauh mana sastra-sastra Barat terpengaruh oleh bahasa dan sastra Arab pada masa-masa itu ialah apa yang di nukil Dozy dalam bukunya mengenai Islam dari risalah penulis Spanyol, Alghargo. Dia sangat sedih karena bahasa Latin dan Yunani dilalaikan orang sementara bahasa kaum muslimin ditekuni. Ia berkata,”Orang-orang yang memiliki kecerdasan dan perasaan telah tersihir oleh keindahan sastra Arab sehingga mereka meremehkan bahasa Latin dan menulis hanya dengan bahasa para penakluk mereka. Hal itu sangat menyedihkan bagi orang yang mempunyai kebanggaan nasionalisme paling besar sampai-sampai mereka berkata kepada teman-temannya”. Generasi yang tumbuh dari kaum Kristen yang cerdas hanya memperbagus sastra dan bahasa Arab. Mereka melahap buku-buku bangsa Arab dan mengisi perpustakaan-perpustakaan besar dengan buku-buku mereka yang termahal. Mereka bersenandung di setiap tempat memuji khazanah-khazanah Arab. Ketika di perdengarkan kepada mereka buku-buku Kristen, mereka tidak mau mendengarkannya dengan alasan buku-buku itu tidak layak untuk diperhatikan.
Tak diragukan lagi, pada abad ke-14 dan sesudahnya banyak sastrawan-sastrawan piawai Eropa yang terpengaruh oleh sastra Arab dalam karya-karya mereka. Pada tahun 1349, Boccaccio menulis hikayat yang berjudul Ash-Shabahatul `Asyrah (sepuluh Waktu pagi) yang mengikuti jejak Alfu Lailah wa Lailah (Seribu Satu Malam). Dari hikayat ini pula Shakespeare mengambil topik dramanya Natan Al Hakim (Natan yang Bijaksana).
4. Bidang perundang-undangan
Hubungan mahasiswa-mahasiswa Barat dengan sekolah-sekolah Islam di Andalus dan lainnya berpengaruh besar dalam penerjemahan kumpulan hukum-hukum fiqh dan tasyri ke dalam bahasa-bahasa mereka. Pada saat itu Eropa belum mempunyai sistem yang mantap dan undang-undang yang adil.
Ketika pemerintahan Napoleon masuk ke Mesir, mereka menerjemahkan buku-buku fiqh Maliki paling terkenal ke dalam bahasa Perancis. Buku fiqih Maliki yang paling penting yang diterjemahkan itu adalah buku Al-Khalil yang menjadi inti undang-undang sipil Perancis yang banyak sekali persamaannya dengan hukum-hukum fiqih Maliki.
Sedillot berkata Mazhab Maliki itulah yang secara khusus memikat pandangan kita karena hubungan kita dengan bangsa Arab Afrika. Pada waktu itu pemerintah Perancis menugaskan Peron untuk menerjemahkan buku fiqh Al Mukhtashar karya Al Khalil bin Ishaq bin Ya`qub (wafat tahun 1422 M).
5. Pengertian negara dan hubungan rakyat dengan pemerintahan
Dunia klasik dan pertengahan mengingkari hak rakyat dalam mengontrol tindak-tanduk penguasanya. Hubungan rakyat dan penguasa sama dengan hubungan antara majikan. Penguasa adalah majikan mutlak yang berbuat semaunya terhadap rakyat. Kerajaan di anggap milik pribadi raja yang dapat di wariskan seperti halnya harta benda lainnya.
Penguasa-penguasa adalah pelayan-pelayan yang harus menjaga kepentingan dan kehormatan rakyat dengan jujur dan bersih. Dalam hal ini untuk pertama kalinya terjadi dalam sejarah peristiwa seorang rakyat menghisab penguasanya mengenai pakaian yang dikenakannya, dari mana ia mendapatkannya. Tetapi orang itu tidak dihukum mati, tidak digiring ke penjara dan tidak diusir darri negerinya bahkan sipenguasa memberikan keterangan yang lengkap mengenai penghisabannya sehingga orang itu dan orang-orang lainnya merasa puas. Inilah yang dinyatakan dan dipraktekan oleh peradaban Islam. Ini merupakan angin kebebasan dan kesadaran yang berhembus pada bangsa-bangsa yang bertetangga dengan masyarakat Islam. Ketika mereka mengetahui prinsip masyarakat Islam yang begitu, mereka gelisah, kemudian bergerak, berontak dan akhirnya merdeka. Inilah yang terjadi sesungguhnya di Eropa.




D.Prinsip Toleransi Beragama Dalam Peradaban Islam
Islam telah mendirikan peradaban kita tetapi Islam tidak melecehkan agama-agama terdahulu dan tidak fanatik menghadapi pendapat-pendapat dan mazhab-mazhab yang beraneka macam.
Diantara prinsip-prinsip peradaban kita dalam toleransi keagamaan adalah:
a. Agama-agama samawi (langit) semua bersumber dari satu Tuhan sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur`an: “Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah di wasiatkanNya kepada Nuh dan apa-apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tetangnya...” (Asy Syuura 13).
b. Nabi-nabi adalah bersaudara, tidak ada kelebihutamaan antara mereka dari segi risalah. Hal ini ditegaskan Allah dalam firmanNya: “Katakanlah (hai orang-orang mukmin): Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kapada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Al Baqarah 136)
c. Aqidah tidak dapat di paksakan penganutannya, bahkan harus mengandung kerelaan dan kepuasan. Allah sudah menerangkan kepada kita: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)...” (Al Baqarah 256)
d. Tempat-tempat ibadah bagi agama-agama Ilahi adalah terhormat, wajib dibela dan dilindungi seperti masjid-masjid kaum muslimin.
e. Tidak selayaknya perbedaan dalam agama menyebabkan manusia saling membunuh atau saling menganiaya satu sama lain. Bahkan kita harus saling menolong dalam berbuat kebaikan dan memerangi kejahatan.
f. Kelebihutamaan di antara manusia dalam kehidupan dan di sisi Allah sesuai dengan kadar kebaikan dan kebijakan yang dipersembahkan seseorang dari mereka untuk dirinya dan untuk sesamanya. Karena itu Rasulullah Saw bersabda: Seluruh makhluk-makhluk adalah keluarga Allah, maka orang yang paling di cintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi keluarga-Nya. (HR. Al Bazzar)
g. Perbedaan dalam agama tidak menghalangi kita dalam berbuat kebaikan, silaturahmi dan menjamu tamu.
h. Jika manusia berselisih pendapat mengenai agama-agama mereka maka mereka boleh berdebat satu sama lain dengan cara yang paling baik dan dalam batas-batas kesopanan, dengan argumentasi dan memberikan kepuasan (kemantapan). Allah Ta`ala menerangkan kepada kita: “Dan janganlah kamu berdebat-dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka...”(Al Ankabut 46).
i. Jiaka umat kita dianiaya dalam hal aqidah maka kita wajib menolak kezlaliman itu untuk melindungi aqidah kita dari menghalau fitnah.
j. Jika umat memperoleh kemenagan atas orang-orang yang menganiayanya dalam agama atau ingin merampas kemerdekaannya maka tidak boleh menuntut balas kepada mereka dengan memaksa mereka meninggalkan agamanya atau menindas mereka dalam aqidahnya. Inilah prinsip-prinsip toleransi keagamaan dalam Islam yang melandasi peradaban kita.
1. Contoh Nyata dalam Kehidupan Rasulullah Saw
Tatkala Rasul hijrah ke Madinah dimana sejumlah besar kaum Yahudi berada, urusan negara yang pertama dilakukan beliau adalah mengadakan perjanjian dengan mereka yang isinya antara lain, aqidah mereka dihormati kaum muslimin harus bahu-membahu menghadapi siapapun yang bermaksud jelek terghadap Madinah. Dengan perjanjian itu berarti Rasulullah telah menerapkan prinsip-prinsip toleransi keagamaan dalam benih-benih peetama bagi peradaban Islam.
Rasulullah Saw mempunyai tetangga-tetangga Ahli Kitab. Ia bergaul baik dengan mereka, memberi mereka hadiah-hadiah dan menerima pula hadiah-hadiah mereka. Bahkan, seorang wanita Yahudi pernah memasukkan racun ke dalam daging kambing yang dihadiahkan kepadanya karena kebiasaannya menerima hadiah wanita itu dan bertetangga baik dengannya.
Seorang wanita Nasrani dari penduduk Mesir pernah mengeluh kepada Umar bahwa Amr bin Ash telah menggusurnya untuk keperluan perluasan masjid. Amr lalu ditanya oleh Umar mengenai hal itu. Amr mengabarkan bahwa jumlah kaum muslimin telah banyak dan masjid sudah tidak dapat lagi menampung mereka. Kebetulan di samping masjid itu rumah perempuan ini. Amr telah menawarkan kepadanya uang ganti rugi yang melebihi harga rumahnya tetapi ia tetap tidak mau. Maka terpaksa Amr merobohkan rumah itu dan memasukkannya ke lingkungan masjid, sedangkan uang ganti ruginya ditaruhnya di Baitulmal (kas negara) yang bisa diambil kapan saja perempuan itu mau. Inilah toleransi yang menguasai masyarakat yang dinaungi peradaban kita dengan prinsip-prinsipnya.
2. Saksi Sejarah Peradaban Islam dalam Toleransi Beragama
Diantara fenomena-fenomena toleransi keagamaan ialah adanya masjid-masjid yang berdampingan dengan gereja dalam naungan peradaban kita. Tokoh-tokoh agama di gereja diberi kekuasaan penuh dan pengikut-pengikut mereka dalam urusan-urusan keagamaan dan kegerejaan mereka.
Kaum Milkaniyun pernah menindas orang-orang Qibti Mesir pada masa Romawi. Mereka juga merampas gereja-gereja. Ketika Mesir ditaklukkan, kaum musliminin mengembalikan gereja-gereja itu kepada orang-orang Qibti dan memperlakukan mereka dengan adil. Fenomena toleransi keagamaan laninya dalam peradaban kita ialah banyaknya gereja yang ditempati untuk sholat oleh kaum muslimin dan kaum Nasrani sekaligus dalam waktu yang bersamaan pada awal penaklukkan Islam. Telah kita lihat bagaimana Nabi mengijinkan kaum Nasrani Najran sembahyang di masjidnya di samping kaum muslimin yang juga sedang sholat. Di tengah gereja Agung Yohanna di Damaskus yang di kemudian hari menjadi masjid jami` Bani Umayyah, orang-orang Nasrani pada saat penaklukkan rela separuh gerejanya diambil oleh kaum muslimin, dan kaum muslimin pun rela jika mereka shalat di situ.
Fenomena toleransi keagamaan lainnya dalam peradaban kita ialah berpartisipasi dalam hari-hari raya keagamaan dengan segala kesemarakan dan keindahannya. Pada masa pemerintahan ar Rasyid ada kebiasaan orang-orang Nasrani ke luar yaitu ke luar dalam suatu pawai besar yang di kawal oleh salib. Hal itu terjadi pada hari raya Paskah. Al Maqrizi menuturkan dalam Ahsanut Taqasim bahwa pada hari raya kaum Nasrani pasar-pasar di Syiraz selalu dihias dan orang Mesir merayakan awal pasang sungai Nil pada waktu hari raya Salib.
3. Pengakuan Jujur Sejarawan Barat
Toleransi keagamaan dalam peradaban kita memang tidak ada bandingannya dalam sejarah pada masa-masa silam. Para sejarawan Barat yang menghormati kebenaran telah mengakui dan menyanjung kenyataan ini.
Mr Dripper mengatakan bahwa kaum muslimin terdahulu pada masa Khalifah-khalifah tidak hanya memperlakukan ahli ilmu dari kaum Nasrani Nasthuriyin dan Yahudi dengan sekedar penghormatan bahkan mempercayakan kepada mereka pekerjaan-pekerjaan besar dan mengangkat mereka untuk memangku jabatan-jabatan negara. Harun ar Rasyid malah memberikan amanat kepada Hanan bin Masuwaih untuk mengawasi seluruh sekolah tanpa memandang negara asal dan agamanya, melainkan hanya memandang kedudukannya terhadap ilmu pengetahuan. Selanjutnya Arnold berkata Opini umum yang mengatakan pedang merupakan faktor utama dalam memalingkan manusia kepada Islam adalah tidak benar. Ini sebagai bukti toleransi keagamaan dalam peradaban kita yang bertolak belakang dengan fitnah orang-orang Barat yang sering mereka katakan bahwa kita adalah orang-orang kejam yang memaksa manusia memeluk agama kita dan memperlakukan orang-orang non muslim dengan segala penghinaan dan penindasan.
E.Moral Perang Dalam Peradaban Islam
Berakhlak baik, ramah-tamah, mengasihi yang lemah dan lapang dada terhadap tetangga dan kerabat dapat diperbuat oleh setiap umat pada saat-saat damai, betapapun masih primitifnya umat tersebut. Akan tetapi, berlaku baik dalam peperangan, bersikap lembut terhadap musuh, mengasihi kaum wanita, anak-anak dan orang tua serta bermurah hati kepada pihak yang kalah, tidak setiap umat melakukannya dan tidak setiap panglima perang bersifat seperti itu.
1. Prinsip-prinsip Moral Berperang dalam Islam
Peradaban kita datang ketika seluruh dunia berjalan di atas hukum rimba. Yang kuat membunuh yang lemah, yang bersenjata memperbudak yang tidak bersenjata. Siapapun yang bisa mengalahkan suatu umat di negerinya, memaksa umat untuk meniggalkan aqidahnya dan memperbudak kaum lelaki dan wanitanya, nicaya ia melakukannya tanpa merasa bersalah dan berdosa. Namun peradaban kita tidak mengakui aturan permainan yang zalim ini, yang menjerumuskan kemanusiaan ke tingkat kebinatangan yang buas.
Di sini prinsip-prinsip peradaban kita memproklamasikan pengharaman peperangan yang bertujuan untuk menyerang, merampas harta-benda dan meghinakan kehormatan bangsa-bangsa. Perang yang sah hanyalah perang yang bertujuan untuk: (1) membela aqidah dan moral umat, dan (2) membela kebebasan, kemerdekaan dan keselamatan umat. “Perangilah fitnah sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah semata...” (Al Baqarah 193). Peradaban kita mengumumkan perang di jalan Allah yang merupakan kebaikan, kebenaran dan kehormatan. Sedangkan manusia mengumumkan perang untuk kezaliman dan setan padahal setan merupakan kejahatan, kemungkaran dan kerusakan. Prinsip peradaban kita dalam peperangan adalah hanya berperang dengan pihak-pihak yang memerangi dan menyerang kita.
Di sini lahir wasiat-wasiat yang tak pernah ada duanya dalam sejarah, seperti wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada pasukan Usamah yang hendak berangkat berperang. Abu Bakar berpesan: Jangan menyiksa, jangan membunuh anak-anak kecil, orang-orang tua dan kaum wanita. Jangan menebangi dan membakari pohon kurma. Jangan memotong pohon yang sedang berbuah, jangan menyembelih kambing, sapi atau unta kecuali untuk dimakan. Kalian akan melewati orang-orang yang sedang bertapa dikuil-kuil, maka biarkanlah mereka dan apa yang mereka lakukan.
Jika menang maka menang itu merupakan kemenangan kelompok yang marah demi kebenaran dan mati syahid di jalan itu. Ketika memperoleh kemenangan maka hanya akan diperbuat adalah mengokohkan tonggak-tonggak kebenaran di muka bumi serta menolak kerusakan dan keangkaraan di tengah-tengah manusia.
2. Contoh-Contoh Konkrit Keteladanan Moral Perang Islam
Rasulullah adalah pelopor peradaban kita dan peletak fondasi dan aturan permainannya. Beliau ungkapan secara nyata tentang moral, tujuan dan misinya. Tak seorang pun dari para nabi, rasul dan reformer yang disiksa, ditindas dan disakiti dalam menjalankan dakwahnya seperti yang dialami Rasulullah. Baju perang tidak pernah dilepas kecuali setelah jazirah Arab tunduk kepadanya menjelang beliau wafat.
Ketika kaum muslimin mengalami kekalahan pada perang Uhud karena melanggar wasiat-wasiat Rasul, Rasulullah saat itu dikepung musuh yang berusaha membunuhnya. Para sahabat mati-matian membelanya. Beliau keluar dari medan perang dalam keadaan terluka, giginya patah, mukanya cedera dan pipinya sobek ditembus pelindung kepalanya. Alangkah baiknya sekiranya engkau mengutuk mereka, wahai Rasulullah! Namun Rasulullah berkata, Aku tidak diutus sebagai pengutuk tetapi sebagai penyeru dan pembawa rahmat. Ya Allah, tunjuki kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui! Inilah ucapan kebenaran, ucapan Nabi yang tidak berperang karena haus akan penumpahan darah tetapi karena ingin menunjuki orang-orang yang sesat pada kebenaran.
Pada perang Uhud, Hamzah, paman Nabi dan pahlawan Arab paling masyhur gugur. Dia dibunuh oleh lelaki bernama Wahsyi atas suruhan Hindun, istri Abu Sofyan. Ketika pahlawan itu rebah, Hindun langsung merobek dadanya, mengambil jantungnya, kemudian mengunyahnya dengan lahap untuk melampiaskan dendamnya. Tak lama kemudian Hindun dan Wahsyi masuk Islam. Apa yang diperbuat Rasulullah kepada mereka? Tidak ada yang diperbuat beliau selain memintakan ampun kepada Allah untuk Hindun. Beliau juga menerima ke Islaman Wahsyi .Inilah tindakan Rasulullah terhadap pembunuh dan pengunyah jantung pamanya.
Ketika menaklukkan Mekah dan memasukinya sebagai pemenang,kaum Quraisy menyerah dan berdiri di bawah kedua kakinya di pintu ka`bah. Mereka menunggu hukuman Rasul, namun ternyata Rasulullah hanya berkata, Wahai kaum Quraisy, menurut kalian, apa yang bakal kuperbuat atas kalian? Serentak mereka menjawab, Kebaikan, wahai saudara kami yang mulai dan putera saudara kami yang mulia! Lalu Rasul berkata, Hari ini aku katakan kepada kalian apa yang pernah dikatakan saudaraku Yusuf sebelumnya: Tiada cercaan atas kalian hari ini. Semoga Allah mengampuni kalian. Dia Maha Penyayang. Pergilah, kalian telah bebas! Itulah Muhammad sang Rasul, pengajar kebaikan kepada kemanusiaan, bukan panglima penumpah darah yang berbuat untuk kemuliaan dan kekuasaannya sehingga mabuk oleh ambisi kemenangan.
Sirah para sahabat dan khalifah Nabi dalam peperangan dan penaklukkan mereka juga menerapkan prinsip-prinsip ini. Dalam peperangan Tatar di negeri Syria, banyak tawanan kaum muslimin, Nasrani dan Yahudi jatuh ke tangan pasukan Tatar. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menemui pemimpin Tatar untuk membicarakan persoalan tawanan dan pembebasan tawanan mereka. Pemimpin Tatar mengabulkan pembebasan tawanan kaum muslimin saja, tidak dengan kaum Nasrani dan Yahudi. Namun Syaikhul Islam menolak. Ia berkata, Yang harus dibebaskan adalah semua tawanan yang ada pada anda, termasuk kaum Yahudi dan Nasrani.
Ada peristiwa yang menambah kecerlangan tindakan kemanusiaan yaitu yang diperbuat Salahuddin. Ketika orang-orang Barat hendak meninggalkan Al Quds untuk bergabung dengan saudara-saudaranya, Salahuddin mengirimkan pengawal-pengawal untuk mengantar dan melindungi mereka sampai ke tempat-tempat tentara Salib di Tyr dan Shaida dengan aman, meskipun pada waktu itu kaum muslimin masih dalam suasana perang dengan mereka.
Para pemimpin dinasti Usmani memperlakuakn secara baik rakyat-rakyat Kristen di negara-negara tetangga yang ditaklukkanya (seperti Yunani, Bulgaria, dan lain-lain). Ini merupakan suatu perlakuan yang belum pernah dijumpai bandingannya di seluruh Eropa saat itu. Bahkan, para pengikut Calvin di Hungaria dan Transilvania dan para pengikut mazhab tauhid dari kalangan orang-orang Kristen yang berada di Transilvania seringkali memilih tunduk kepada orang- orang Turki daripada jatuh ke dalam kekuasaan keluarga Habsburg yang fanatik. Mereka berharap penuh kegembiraan dapat membeli kebebasan agama dengan ketundukan terhadap pemerintahan Islam. Kaum muslimin memperlakukan orang-orang Kristen yang berada di bawah kekuasaannya dengan toleransi keagamaan yang mulia padahal di negeri-negeri Eropa mereka selalu menderita karena tekanan-tekanan para penguasa mereka dan karena fanatisme antara kelompok-kelompok keagamaan yang sering mengalirkan darah serta menyebarkan fitnah dan ketakutan.
F.Badan-Badan Sosial yang Dibentuk Peradaban Islam
Pada masa silam, umat-umat dan peradaban-peradaban belum mengenal bidang-bidang untuk kebajikan kecuali dalam skala sempit, tak lebih dari tempat-tempat ibadah dan sekolah-sekolah. Sedangkan pada masa-masa sekarang umat-umat Barat meskipun telah mencapai puncak dalam pemenuhan kebutuhan sosial melalui badan-badan umum namun mereka belum mencapai puncak dalam pemenuhan kebutuhan sosial melalui badan-badan umum namun mereka belum mencapai puncak keluruhan kemanusiaan yang murni karena Allah, seperti yang dicapai umat ketika pada masa kejayaannya ataupun masa keruntuhannya.
Mencari kedudukan, popularitas, nama harum dan buah bibir yang abadi mempunyai pengaruh yang amat besar dalam aktivitas orang-orang Barat mengenai motif-motif kemanusiaan yang umum. Sedangkan bagi umat kita motif pertama untuk berbuat kebaikan adalah mencari ridha Allah, baik diketahui manusia maupun tidak. Untuk membuktikan hal ini cukuplah kita melihat fakta sejarah yang dilakukan Shalahuddin Al Ayyubi. Dia menginfakkan seluruh hartanya untuk kebajikan.
Dalam badan-badan sosial orang-orang Barat seringkali terbatas kemanfaatannya hanya pada putera-puteri negeri mereka, sedangkan badan-badan sosial kita membuka pintu-pintunya bagi setiap manusia secara umum tanpa memandang ras, bahasa, negeri, dan mazhabnya. Pembeda ketiga adalah bahwa kita mendirikan badan-badan sosial untuk berbagai bentuk kebaikan dan solidaritas sosial. Bentuk-bentuk badan sosial ini untuk membuktikan bahwa kecenderungan manusia pada umat kita lebih menyeluruh, lebih jernih dan lebih luas cakrawalanya daripada kecenderungan kemanusiaan di kalangan umat-umat yang lain.
Sebelum kita terjun ke dalam pembicaraan mengenai bentuk-bentuk kebajikan dalam badan-badan sosial pada masa-masa peradaban kita maka terlebih dahulu kita harus memahami prinsip-prinsip peradaban kita di bidang ini, yaitu prinsip-prinsip yang merasuki jiwa umat kita, kemudian mendorongnya dengan cara mengagumkan untuk mendirikan badan-badan ini. Islam menyerukan dakwah kepada kebaikan dengan seruan yang bisa meruntuhkan dorongan-dorongan kikir dan bisikan setan (dalam menakut-nakuti dengan kemiskinan) dalam jiwa manusia. Dakwah pada kebaikan berlaku umum atas semua yang mampu, bahkan atas setiap orang. Yang kaya berbuat kebaikan dengan harta dan kedudukannya dan yang miskin berbuat kebaikan dengan hati, tangan, lisan dan amalnya.
Bagimu setiap tasbih (mengucap subhanallah) adalah sedekah, menyuruh berbuat baik sedekah, menyingkirkan gangguan dari jalan sedekah, mendamaikan dua orang sedekah, dan membantu seseorang menaiki tunggangannya adalah sedekah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Begitulah, Islam membuka pintu-pintu kebaikan bagi manusia seluruhnya sehingga dapat dikerjakan oleh buruh, pedagang, petani, guru, murid, perempuan, orang lemah, orang tua, orang buta dan orang lumpuh tanpa di halangi oleh kondisi-kondisi perekonomian mereka untuk ikut serta menyebarkan kebaikan dan kebajikan dalam masyarakat. Islam mencurahkan jiwa ke cakrawala tertinggi kecenderungan kemanusiaan yang sempurna ketika menjadikan kebaikan untuk semua hamba Allah apapun agama, bahasa, tanah air dan ras mereka seperti yang dipaparkan dalam sebuah hadist Rasulullah saw bersabda :
Seluruh makhluk adalah keluarga Allah, maka orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi keluarganya. (HR. Thabrani dan Abdurrazak).
Ketika turun firman Allah : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai... (Ali Imran 92)
Abu Thalhah berkata, wahai Rasul Allah, hartaku yang paling kucintai adalah sumur baihara, sebuah sumur yang nyaman airnya. Kusedekahkan sumur itu untuk Allah, yang kuharapkan kebaikan dan pahalanya kelak di sisi Allah. Manfaatkanlah sumur itu, wahai Rasul Allah, seperti yang diperlihatkan Allah kepadamu! Rasul berkata, bagus, bagus! Itu harta yang beruntung, itu harta yang beruntung. Pokoknya diwakafkan dan hasilnya didermahkan.
Sedekah adalah wakaf pertama dalam Islam. Dari sini muncul istilah wakaf yang membantu badan-badan sosial dengan sumber-sumber keuangan, penopang untuk menunaikan yang dipijak oleh semua badan sosial dalam sejarah peradaban kita. Rasulullah adalah orang yang pertama yang memberi tauladan mulia bagi umatnya dalam hal itu.
Dalam pembicaraan ini kita tidak dapat menghitung macam-macam badan sosial seluruhnya tapi cukuplah kita mengetahui beberapa diantara yang terpenting. Di antara badan-badan sosial yang pertama kali ialah masjid-masjid. Orang-orang berlomba mendirikan masjid untuk mempermegah masjid-masjid yang mereka dirikan. Badan-badan sosial lainnya adalah pendiri pondok-pondok penginapan bagi para musafir terlantar dan orang-orang miskin, surau-surau dan langgar-langgar yang bisa ditempati siapapun yang mau menyendiri beribadah kepada Allah. Badan-badan sosial lainnya juga membangun rumah-rumah khusus untuk kaum fakir yang bisa dihuni oleh siapapun yang tidak mampu membeli dan menyewanya. Kendi-kendi air minum ditaruh di jalan-jalan umum untuk orang banyak. Didirikan pula rumah makan-rumah makan rakyat yang membagi-bagi makanan seperti roti, daging, sup dan manisan. Juga dibangun rumah-rumah untuk para jemaah haji di Mekkah yang mereka tempati ketika datang ke Baitullah. Rumah-rumah itu banyak sekali sehingga meliputi seluruh tanah Mekkah. Sebagian fuqaha memfatwakan batil menyewakan rumah-rumah di Mekkah pada musim haji karena rumah-rumah itu harus diwakafkan untuk para jemaah haji. Penggalian sumur-sumur di padang-padang sahara untuk memberi minum ternak, tanaman dan para musafir. Sumur-sumur ini banyak sekali jumlahnya.
Ada juga badan sosial yang berupa tempat-tempat penjaga perbatasan untuk menghadapi bahaya serangan asing. Ada juga badan-badan khusus untuk para penjaga perbatasan yang berjuang di jalan Allah. Badan-badan ini diikuti oleh pewakafan kuda-kuda, pedang-pedang, panah-panah dan alat-alat jihad untuk pasukan perang di jalan Allah. Ini berpengaruh besar pada larisnya industri peralatan perang dan berdirinya pabrik-pabrik besar di bidang itu sehingga orang-orang Barat dalam perang-perang Salib berdatangan ke negeri kita untuk membeli persenjataan dari kita, sementara ulama memfatwakan haram menjual peralatan itu kepada musuh. Menyusun hal itu adalah wakaf-wakaf khusus yang hasilnya diberikan kepada orang yang ingin berjihad dan pasukan yang berperang ketika negara tidak mampu menafkahi orag-orangnya. Dengan begitu, jalan jihad menjadi mudah bagi setiap pejuang yang ingin menjual hidupnya di jalan Allah untuk ditukar dengan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Badan sosial lainnya adalah wakaf untuk perbaikan jalan dan jembatan, wakaf untuk kuburan (seseorang mendermakan tanah yang luas untuk dijadikan kuburan umum), juga wakaf untuk pembelian kain kafan untuk orang yang meninggal serta untuk mengurusi dan mengubur mereka. Ada badan sosial untuk anak-anak asuh dan anak-anak yatim. Badan-badan sosial itu untuk pengkhitanan dan pemeliharaan mereka. Juga ada badan-badan sosial untuk orang-orang lumpuh, buta dan jompo. Di situ mereka hidup dengan penuh kemuliaan dan mendapatkan apa yang mereka butuhkan, entah sandang, pangan, papan bahkan pendidikan.
Ada juga badan sosial untuk merehabilitasi ihwal narapidana, mengangkat martabat mereka dan memberi mereka makanan yang layak untuk menjaga kesehatannya. Juga ada badan-badan untuk menolong orang-orang buta dan lumpuh dengan menyiapkan orang yang menuntun dan melayani mereka. Bahkan ada juga badan-badan untuk mengawini pemuda-pemuda dan gadis-gadis (atau wali-walinya) yang tidak mampu memenuhi nafkah-nafkah perkawinan dan pembayaran mahar. Ada juga badan-badan sosial untuk membantu ibu-ibu dengan susu dan gula. Badan ini lebih dahulu ada daripada organisasi penyumbang susu di kalangan kita sekarang, dan tujuannya pun lebih murni karena kebaikannya bertujuan semata-mata karena Allah. Badan sosial yang paling aneh adalah wakaf piring untuk anak-anak yang memecahkan piring ketika dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Mereka datang ke badan ini untuk mengambil piring baru sebagai ganti piring yang pecah, kemudian mereka kembali ke tengah-tengah keluarga dalam keadaan seolah-olah tidak pernah berbuat apa-apa.
Badan sosial yang terakhir yang akan disebutkan adalah badan yang didirikan untuk mengobati binatang-binatang yang sakit, untuk memberi makan mereka atau untuk memelihara mereka ketika mereka tua. Di situ mereka dipelihara hingga menemui ajalnya.
G.Sekolah dan Lembaga Keilmuan yang Dibangun Peradaban Islam
Sekolah-sekolah yang berdiri di atas tanah-tanah wakaf yang didermakan oleh orang-orang kaya dari kalangan panglima, ulama, pedagang, raja dan kaum wanita telah mencapai jumlah yang sangat besar. Tak sebuah kota atau desa pun di seluruh dunia Islam yang sepi dari sekolah-sekolah yang beraneka macam, tempat puluhan guru dan pengajar mengajarkan ilmu.
Masjid adalah tempat pertama untuk sekolah dalam peradaban kita. Masjid bukan hanya tempat ibadah semata tetapi juga merupakan sekolah. Di situ kaum muslimin mempelajari baca-tulis, Qur’an, ilmu-ilmu syari’at, bahasa dan pelbagai cabang ilmu lainnya. Di samping mesjid didirikan kuttab yang khusus dipakai sebagai tempat untuk mengajarkan baca-tulis, Al-Qur’an dan sedikit ilmu bahasa serta olah raga. Kuttab ini serupa dengan sekolah dasar di jaman kita sekarang. Jumlahnya sangat banyak.di samping kuttab dan masjid juga berdiri madrasah yang pelajarannya serupa dengan pelajaran Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah di jaman sekarang. Pengajaran di situ gratis dan untuk berbagai lapisan. Para siswa tidak membayar SPP seperti yang dibayar oleh siswa-siswa kita sekarang. Pengajaran di situ tidak terbatas hanya pada suatu kelompok masyarakat, tetapi kesempatan belajar itu tersedia bagi seluruh bangsa.
Pelajaran di madrasah ini ada dua bagian. Pertama, bagian intern untuk siswa-siswa asing dan siswa-siswa yang kondisi materialnya (nafkah orang tuanya) pas-pasan. Kedua, bagian ekstern untuk siswa-siswa yang ingin pulang sore hari ke rumah keluarga mereka. Bagian intern juga gratis. Di situ siswa disediakan makan, tempat tidur, belajar dan ibadah. Dengan begitu setiap madrasah mempunyai masjid, ruang belajar, kamar tidur siswa, perpustakaan, dapur dan kamar mandi. Sebagian madrasah mempunyai lapangan-lapangan olahraga di udara bebas dan nyaman. Sampai sekarangpun kita masih mempunyai model-model madrasah semacam ini yang memenuhi dunia Islam seluruhnya.
Diantara madrasah dunia yang paling indah bentuknya adalah madrasah Nuruddin Rahimahullah. Madrasah ini adalah salah satu istana yang elok. Di situ air tertuang dalam pancuran di tengah sungai yang besar, kemudian mengalir di sebuah saluran panjang hingga jatuh di kolam besar di tengah gedung itu sehingga pandangan mata takjub oleh pemandangan yang indah itu. Meskipun bencana-bencana masa itu telah menimpa madrasah ini dan telah menghilangkan beberapa bagiannya tetapi hingga sekarang di situ masih ada ruang kuliah, masjid, ruang guru serta ruang untuk peristirahatan mereka. Masih ada sebuah ruangan yang berfungsi sebagai ruang dosen pada fakultas-fakultas perguruan tinggi, juga rumah khusus yang dihuni oleh kepala madrasah bersama keluarganya, tempat-tempat tingal para siswa dan pelayan madrasah. Sedangkan yang sudah hilang adalah ruang makan, dapur dan tempat penyimpanan sayur-mayur dan berbagai barang lainnya.
Layak pula kita bicarakan para pengajar serta ihwal dan gaji mereka. Kepala-kepala madrasah adalah ulama-ulama pilihan dan paling tersohor. Dalam sejarah tokoh-tokoh ulama (ilmuwan) dapat kita jumpai madrasah-madrasah yang diasuh mereka. Imam Nawawi, Ibnu Shalah, Abu Syama, Taqiyuddin as-Subki, Imamuddin bin Katsir, dan lain-lain adalah tokoh-tokoh ulama yang mengajar di Darul Hadis di Damaskus. Pada permulaan Islam para pengajar tidak memperoleh gaji atas pekerjaannya. Namun ketika jaman berkembang, peradaban meluas, madrasah-madrasah dibangun dan badan-badan wakaf dibentuk maka para pengajar di situ mulai mempunyai gaji bulanan. Anehnya, ulama-ulama negeri seberang, ketika Nizhamul Mulk membangun madrasah-madrasahnya yang terkenal dan memberikan gaji tertentu kepada pengajar-pengajar di situ, mereka berkumpul untuk mengadakan forum kelabu bagi ilmu. Di situ mereka memprihatinkan lenyapnya ilmu dan barokahnya. Mereka berkata, yang sibuk dengan ilmu adalah para pemilik cita-cita tinggi dan jiwa yang suci, yaitu orang-orang yang menggeluti ilmu karena kemuliaan dan kesempurnaannya. Jika sekarang ada bayaran (gaji) bagi pengajarnya maka ia akan didekati oleh orang-orang hina dan pemalas. Hal itu akan menyebabkan kehinaan dan kelemahannya.
Tatkala sekolah-sekolah didirikan, siswa-siswa yang menamatkan pelajarannya di situ mulai mendapatkan ijazah keilmuan yang diberikan oleh syekh sekolah (menyerupai ijazah-ijazah ilmiah pada jaman kita sekarang). Para dokter belum memperoleh ijazah ini dari dokter ahli di sekolah. Para pengajar biasanya punya lambang khusus yang membedakan mereka dari karyawan-karyawan. Jubah yang menjadi ciri khas ulama dan pengajar mulai muncul pada masa dinasti Umayyah. Pakaian mereka di Andalus sedikit berbeda dari pakaian ulama dan pengajar di Masyriq. Ciri terpenting yang membedakan mereka adalah sorban yang kecil. Kadang-kadang seorang ulama tidak mengenakan sorban sehingga Abu Ali al Qali, -guru besar bahas yang masyhur- ketika tiba di Andalus dari Masyriq dan akan disambut oleh para ulamanya, telah membuat orang banyak tercengang karena ia mengenakan sorban yang besar di kepalanya. Anak-anak kecil dan orang-orang bodoh malah melemparinya dengan kerikil untuk mengejek dan mencemoohnya. Orang-orang Barat meniru busana guru dan pengajar di Andalus. Busana ini merupakan asal busana ilmiah yang sekarang dikenal di perguruan-perguruan tinggi Eropa. Para guru juga mempunyai sertifikat (seperti sertifikat mahasiswa, serikat bangsawan, serikat buruh pada masa itu). Sekelompok pengajar memilih sendiri ketuanya. Sultan tidak ikut campur dalam pemilihan ini kecuali jika terjadi perselisihan di antara para anggotanya (untuk mendamaikan).
Madrasah-madrasah seperti ini, khususnya lembaga-lembaga tinggi, telah memenuhi kota-kota dunia Islam dari ujung ke ujung. Sejarah menuturkan dengan penuh pengagungan terhadap sejumlah pemimpin kaum muslimin yang berjasa dalam mendirikan sekolah-sekolah di berbagai kota. Madrasah Nizhamiyah Baghdad adalah madrasah nizhamiyah yang paling utama dan penting. Tokoh-tokoh ulama kaum muslimin antara abad ke-5 dan ke-9 H banyak yang belajar di situ. Jumlah mahasiswanya mencapai 6.000 orang. Di antara mereka ada putera pembesar tertinggi kerajaan dan ada pula putera buruh paling miskin. Semua mahasiswa di situ belajar gratis. Bagi siswa yang miskin bahkan lebih dari itu. Mereka mendapat tunjangan tertentu yang diambilkan dari dana khusus untuk keperluan tersebut.
Disamping para pembesar, para amir, hartawan dan saudagar juga berlomba-lomba membangun sekolah-sekolah. Mereka menyerahkan wakaf untuk keperluan tersebut sehingga terjamin kelangsungan sekolah dan kecondongan siswa untuk belajar di situ. Di antara mereka banyak sekali yang menjadikan rumah-rumahnya sebagai sekolah. Buku-buku dan harta benda mereka juga diwakafkan untuk para siswa yang belajar di situ. Dengan begitu, banyak sekali sekolah, terutama di Masyriq. Jumlahnya sangat mencengangkan.
Sekolah-sekolah mempunyai banyak spesialisasi. Ada sekolah-sekolah yang khusus mengajarkan Al-Qur’an, tafsir, penghafalan dan qiraat-nya. Ada sekolah-sekolah yang khusus mempelajari hadist. Juga ada sekolah yang khusus memperdalam fiqih (ini yang paling banyak). Bahkan di setiap madzhab mempunyai sekolah sendiri-sendiri. Ada sekolah-sekolah untuk pengobatan (kedokteran), dan sekolah untuk anak-anak yatim. An-Nuaimi, ulama abad ke-10 H menyebutkan sebuah bukti tentang nama sekolah-sekolah Damaskus dan wakaf-wakafnya. Dari Nuaimi kita dapat mengetahui bahwa di Damaskus saja ada 7 sekolah Ilmu Al-Qur’an, 16 sekolah Hadist, 3 sekolah Qur’an dan Hadist, 63 sekolah fiqih Syafi’i, 52 sekolah fiqih Hanafi, 4 sekolah fiqih Maliki, dan 11 sekolah fiqih Hambali. Selain itu ada sekolah-sekolah kedokteran, asrama, langgar dan masjid. Semua menjadi tempat menuntut ilmu.
Pada masa itu kondisi orang-orang Barat diliputi kebodohan. Buta huruf merajalela sehingga tidak ada tempat bagi ilmu kecuali biara-biara para pendeta yang hanya terbatas bagi mereka semata. Maka kita bisa memahami sejauh mana keagungan yang dicapai umat kita pada puncak kejayaannya. Betapa cemerlang peradaban kita dalam sejarah badan-badan sosial dan lembaga-lembaga keilmuan. Juga betapa besar jasa Islam dalam menyebarkan ilmu, dalam mengangkat martabat kebudayaan umum dan dalam meluruskan jalan-jalannya bagi seluruh putera bangsa.
H.Rumah Sakit dan Lembaga Kedokteran di Masa Kejayaan Islam
Diantara prinsip-prinsip yang melandasi peradaban kita ialah penggabungannya antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani serta pengakuannya bahwa perhatian terhadap jasmani dan tuntutan-tuntutannya adalah suatu keharusan untuk mewujudkan kebahagiaan manusia dan mencerahkan rohaninya. Salah satu kalimat yang berasal dari peletak dasar-dasar peradaban kita, Muhammad Rasulullah adalah : Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak yang harus kau penuhi. (HR. Bukhari dan Muslim)
Islam memerangi penyakit-penyakit dan penularannya serta menganjurkan mencari obat yang bisa mengatasinya maka anda pasti mengetahui asas-asas kuat mana yang melandasi pembangunan peradaban kita di bidang kedokteran dan sejauh mana faedah yang dperoleh dunia dari peradaban kita dalam mendirikan rumah-rumah sakit dan lembaga-lembaga kedokteran. Peradaban kita telah menghasilkan dokter-dokter yang selalu dibanggakan jasa-jasanya oleh kemanusiaan dalam ilmu pada umumnya dan kedokteran pada khususnya. Bangsa Arab mengenal sekolah kedokteran Jundisabur yang didirikan oleh Kisra pada pertengahan abad ke-6 M. Sekolah ini telah menelorkan dokter-dokternya, seperti Harits bin Kaladah yang hidup pada masa Nabi SAW. Dia mengimbau sahabat-sahabat Nabi agar berobat kepadanya apabila terserang penyakit.
Rumah sakit ada dua macam, yaitu rumah sakit keliling dan rumah sakit permanen. Rumah sakit keliling adalah rumah sakit yang pertama kali dikenal dalam Islam pada masa hidup Nabi yakni dalam perang Khandak, ketikak didirikan kemah untuk orang-orang terluka.Rumah sakit keliling itu dilengkapi dengan segala sesuatu yang diperlukan orang-orang sakit seperti obat-obatan, makanan, minuman, pakaian, dokter dan apoteker. Rumah sakit keliling berpindah dari satu desa ke desa lainnya di tempat-tempat yang belum ada rumah sakit permanennya.
Rumah-rumah sakit permanen sudah banyak jumlahnya, memenuhi kota-kota dan ibukota-ibukota. Tidak ada sebuah negeri kecil pun di dunia Islam saat itu yang tidak memiliki rumah sakit. Ada rumah sakit militer yang ditangani oleh dokter-dokter spesialis, disamping dokter-dokter khalifah, para panglima dan Umara dan ada rumah-rumah sakit untuk narapidana. Para dokter berkeilling mengunjungi mereka tiap hari untuk mengobati penyakit mereka dengan obat-obatan yang lazim. Ada juga pos-pos pertolongan pertama yang didirikan di deka masjid-masjid dan tempat-tempat umum yang penuh dengan massa. Al Marqizi bercerita kepada kita bahwa Ibnu Toulon, ketika membangun masjidnya, di bagian belakang masjid ia membuat tempat wudhu dan apotek. Di apotek itu terdapat seluruh macam obat dan minuman, ada pelayan-pelayannya, dan ada pula dokter yang duduk setiap hari Jum’at untuk mengobati jama’ah shalat yang terserang penyakit.
Ada pula rumah-rumah sakit umum yang selalu membuka pintu-pintunya untuk mengobati masyarakat. Rumah-rumah sakit umum terbagi menjadi dua bagian, pria dan wanita. Masing-masing bagian mempunyai ruangan yang banyak. Setiap ruangan untuk satu macam penyakit. Antara lain ada ruangan untuk penyakit dalam, untuk penyakit mata, ruangan operasi bedah, untuk patah dan retak tulang, dan untuk penyakit jiwa. Bagian penyakit dalam mempunyai ruangan khusus lagi. Ada ruangan khusus untuk penyakit diare, dan lain sebagainya. Setiap bagian terdiri dari beberapa dokter yang dipimpin oleh dokter kepala bagian mata. Semua bagian di pimpin oleh direktur umum yang disebut sa’ur, yaitu gelar bagi kepala dokter-dokter rumah sakit. Dokter-dokter itu bekerja secara bergantian. Setiap dokter mempunyai waktu tertentu dimana ia berada dalam ruangan-ruangan yang ditempatinya untuk mengobati para pasien. Di setiap rumah sakit ada sejumlah karyawan, laki-laki dan perempuan, juru rawat dan pembantu. Masing-masing mendapat gaji tertentu yang cukup. Di setiap rumah sakit juga terdapat apotek yang disebut gudang obat. Apotek itu berisi berbagai macam sirup dan tablet yang berharga, aneka jenis obat, wewangian istimewa yang hanya aterdapat di situ. Disamping itu juga terdapat alat-alat bedah, bejana-bejana kaca dan keramik, dan lain-lain, padahal semua benda tersebut biasanya terdapat di lemari raja-raja. Rumah-rumah sakit itu juga merupakan sekolah-sekolah kedokteran. Di setiap rumah sakit terdapat ruangan besar untuk kuliah. Para dokter ahli bersama para dokter dan mahasiswa duduk di ruangan itu. Di samping mereka setelah mengunjungi dan mengobati pasien. Kemudian berlangsunglah pembahasa-pembahasan tentang kedokteran. Seringkali sang guru disertai muridnya masuk ke rumah sakit untuk melakukan kuliah praktek terhadap para pasien, seperti yang terjadi sekarang ini di rumah-rumah sakit yang berlindung pada fakultas kedokteran.
Seorang dokter tidak diijinkan membuka praktek sendiri sebelum menempuh ujian (pendadaran) di hadapan dokter ahli. Ia maju dengan sebuah tesis mengenai ilmu yang ia inginkan ijazahnya. Tesis itu dapat bersumber dari hasil karangannya atau karangan salah seorang dokter ahli dikajinya dan dikomentatorinya. Ia diuji mengenai tesis itu dan ditanya mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hal itu.. jika ia bisa menjawab dengan baik maka dokter ahli memberinya ijazah yang dapat mengijinkannya menjalankan praktek kedokteran. Setiap rumah sakit juga mempunyai sebuah perpustakaan yang penuh dengan buku-buku kedokteran dan buku-buku lainnya yang dibutuhkan oleh para dokter dan mahasiswa kedokteran, sampai-sampai mereka mengatakan bahwa di rumah sakit terdapat perpustakaan.
Aturan masuk ke rumah-rumah sakit itu adalah gratis bagi semua orang, baik untuk kaya maupun miskin, yang rumahnya jauh maupun dekat, dan untuk orang yang tersohor maupu tidak. Pertama kali pasien diperiksa di ruang depan (luar). Jika penyakitnya ringan maka resepnya langsung ditulis dan ditukarkan ke apotek rumah sakit. Namun orang yang kondisi penyakitnya mengharuskannya diopname di rumah sakit maka namanya dicatat., dibawa masuk ke kamar mandi, dilepas pakaiannya (yang diletakkan dilemari khusus), kemudian diber pakaian khusus rumah sakit.. setelah itu ia dimasukkan ke ruangan khusus tempat pasien-pasien yang berpenyakit serupa. Ia diberi tempat tidur sendiri yang bagus, diberi obat yang telah ditentukan dokterdan diberi makanan yang sesuai dengan kesehatannya yang telah ditetapkan untuknya. Makanan pasien biasanya meliputi daging kambing, sapi, burung dan ayam. Tanda kesembuhan pasien adalah apabila ia boleh makan roti dan ayam secara lengkap dalam satu menu. Bila ia sudah memasuki fase kesembuhan maka ia di masukkan ke ruangan khusus untuk pasien-pasien yang baru sembuh. Jika ia benar-benar sembuh maka ia diberi pakaian ganti yang baru dan sejumlah uang yang mencukupinya sampai ia mampu bekerja.
Kamar-kamar rumah sakit selalu bersih. Air selalu mengalir lancar. Ruangan-ruangannya diberi perabotan yang terbaik. Setiap rumah sakit mempunyai pemeriksa-pemeriksa kebersihan dan pengawas-pengawas keuangan. Seringkali khalifah atau amir menjenguk sendiri para pasien serta mengawasi perlakuan dan pelayanan rumah sakit terhadap mereka. Berikut ini adalah contoh-contoh rumah sakit yang ada pada masa itu :
1.      Rumah Sakit Adhudi di Baghdad
Rumah sakit ini dibangun oleh Daulah bin Buwaihi pada tahun 371 H. Pada waktu pendiriannya, rumah sakit itu menghabiskan dana yang besar. Di situ ditempatkan dokter dan dibangun semua yanag dibutuhkan rumah sakit, seperti perpustakaan ilmiah, apotek, dapur-dapur dan gudang-gudang. Pada tahun 449 H Khalifah Al Qaim Biamrillah memperbaharuinya. Berbagai macam obat dan sirup yang kebanyakan sulit didapat dikumpulkan di situ. Ia membuatkan juga tempat-tempat tidur dan selimut untuk para pasien. Juga minyak wangi dan es. Ia juga menambah pelayan, dokter dan karyawan. Ada juga penjag pintu dan pengawal-pengawal. Dirumah sakit itu terdapat kolam besar yang berada di samping kebun yang penuh dengan aneka macam pohon buah-buahan dan sayur-mayur. Perahu-perahu berlayar mengangkut para pasien yang lemah dan miskin. Para dokter melayani mereka secara bergiliran pagi dan petang. Juga ada yang bermalam bersama mereka secara bergantian.
2.      Rumah Sakit Besar An Nuri
Didirikan oleh Sultan Malik Adil Nuruddin as Syahid pada tahun 549 H dari harta yang diambilnya sebagi tebusan dari salah seorang raja Eropa. Ketika dibangun, rumah sakit itu merupakan rumah sakit yang terbaik di antara rumah-rumah sakit di seluruh negeri.Ibnu Jubair pernah mengembara memasuki rumah sakit itu pada tahun 580 H. Ia menggambarkan perhatian para dokter kepada pasien-pasien dan kepedulian mereka terhadap keadaan si pasien. Juga tersedia persediaan obat-obatan dan makanan yang layak. Disitu ada bagan khusus untuk penyakit jiwa. Orang-orang gila di situ diikat dan dirantai, tetapi makanan dan pengobatan tetap diperhatikan.
3.      Rumah Sakit Besar Al Manshuri (Bymaristan Qalawun)
Semula rumah sakit ini adalah rumah salah seorang pejabat, lalu diubah oleh Malik Manshur Saifuddin Qalawun menjadi rumah sakit pada tahun 683 H. Rumah sakit besar Al Manshuri merupakan salah satu kecanggihan dunia dalam pengaturan dan penertiban. Siapapun boleh memasuki dan memanfaatkannya. Pasien yang ke luar dari situ ketika sembuh diberi pakaian, sedang pasien yang meninggal diurus, dikafani, dan dikuburkan. Di situ ditempatkan pula dokter-dokterdari berbagai cabang kedokteran. Juga dipekerjakan pegawai-pegawai dan pelayan-pelayan untuk melayani pasien, membenahi dan membersihkan tempat-tempat mereka, mencuci pakaian mereka dan melayani mereka di kamar mandi. Setiap pasien di layani oleh dua orang pelayan dan diberi tempat tidur lengkap. Setiap kelompok pasien disendirikan di tempat-tempat khusus. Di situ ada juga ruangan khusus dokter kepala untuk memberikan pelajaran-pelajaran kedokteran kepada mahasiswa. Di antara hal yang menakjubkan di situ ialah bahwa pemanfaatan rumah sakit itu tidak terbatas hanya pada pasien-pasien yang tinggal di situ tetapi juga diperuntukkan bagi pasien di rumah yang meminta minuman, makanan dan obat-obatan yang diperlukannya.
Di antara hal yang menakjubkan juga ialah ketentuan dalam akte wakaf rumah sakit itu. Makanan setiap pasien harus diberikan dengan piring yang khusus untuknya dan tidak boleh digunakan pasien lain, juga harus ditutup dan diantarkan kepada pasien dengan cara ini. Hal lain yang menakjubkan, para pasien yang tidak bisa tidur bisa menyenangkan telinganya dengan mendengarkan musik-musik merdu atau menghibur diri, dengan menyimak kisah-kisah yang diceritakan oleh tukang dongeng. Sedangkan bagi pasien yang sudah sembuh dipertunjukkan komedi-komedi dan tarian-tarian desa. Tukang adzan di masjid yang bersisian dengan rumah sakit mengumandangkan adzan pada dini hari dua jam sebelum fajar. Mereka juga mengalunkan suara-suara pujian-pujian dengan suara lembut untuk meringankan penderitaan para pasien yang dijemukan oleh keadaan mereka yang tidak bisa tidur dan terlalu lama mendekam dalam rumah sakit.
4.      Rumah Sakit Marrakesh
Didirikan oleh Amirul Mukminin Manshur Abu Yusuf, salah seorang raja Muwahhidin di Maghrib. Di situ juga didirikan apotek-apotek dan laboratorium untuk meramu obat-obatan, salep dan alkohol. Untuk sang pasien disediakan baju tidur malam dan siang. Jika si pasien sembuh, sedang ia miskin, maka ia diberi uang untuk biaya hidup nya selama belum bekerja. Jika pasien itu hanya kaya maka uangnya di kembalikan kepadanya. Rumah sakit ini tidak terbatas hanya untuk orang-orang miskin saja tapi juga untuk orang kaya. Bahkan setiap orang kaya yang sakit di Marrakesh dibawa ke situ dan diobati hingga sembuh atau meninggal. Setiap hari jum;at Amirul Mukminin mengunjunginya, menjenguk para pasien dan menanyakan keadaan mereka serta menanyakan perlakuan para dokter dan perawat terhadap mereka.
Keadaan rumah sakit di Eropa sangatlah berbanding terbalik dengan masyarakat Islam pada waktu itu. Di rumah sakit Autille Dieux di Paris, yang notabene adalah rumah sakit Eropa terbesar saat itu, kondisinya sangat memprihatinkan. Rumah sakit itu berisi 1200 tempat tidur, 486 buah diantaranya masing-masing dikhususkan untuk 1 orang, sedangkan sisanya biasanya ditempati 3 sampai 6 pasien (padahal satu tempat tidur luasnya tidak lebih dari lima kaki). Serambi-serambi besarnya agak gelap dan lembab, tidak berjendela atau berventilasi. Serambi-serambi selalu dalam keadaan gelap. Di situ anda dapat melihat, setiap hari sekitar 800 pasien tidur telentang di tanah, saling bertindihan satu sama lain dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Di tempat tidur berukuran sedang dapat pula anda saksikan 4,5 atau 6 pasien yang berhimpitan. Kaki pasien yang satu menimpa kepala pasien yang lain. Anak-anak kecil bersisian dengan orang tua, sedang perempuan bersisian dengan laki-laki (kadang-kadang tidak dapat di percaya, tapi itulah kenyataannya). Anda dapat percaya, saksikan juga seorang perempuan yang hampir melahirkan bercampur dengan anak kecil yang sedang dalam keadaan kejang karena terserang tipus dan demam.di samping mereka ada pasien lain yang menderita penyakit kulit yang menggaruk kulitnya yang lapuk dengan kuku-kukunya yang penuh darah sehingga nanah koreng-koreng mengalir di atas selimut. Makanan pasien-pasien termasuk yang paling jelek yang bisa dibayangkan akal. Jumlah makanan yang dibagikan kepada para pasien sungguh tidak memadai dan dalam selang waktu yang tidak teratur. Para biarawati sudah biasa mengistimewakan pasien-pasien yang patuh dan munafik atas pasien-pasien lainnya.mereka diberi minum khamar dan diberi makan kue-kue dan makanan berlemak yang disumbangkan para dermawan pada saat mereka lebih membutuhkan pantangan sehingga banyak diantara mereka yang mati karena terlalu banyak makan sedang yang lain mati karena kelaparan. Pintu-pintu rumah sakit terbuka setiap saat bagi setiap pasien yang datang pagi dan sore. Dengan begitu, berjangkitlah penyakit-penyakit karena penularannya dan karena kotoran-kotoran serta udara yang busuk. Kasur-kasur penuh dengan serangga-serangga kotor, sedang udara di kamar-kamat tidak bisa dihirup karena terlalu pengap sehingga para pelayan dan perawat tidak berani masuk kecuali setelah meletakkan karet busa atau bunga karang yang dibasahi dengan cuka pada hidung-hidung mereka. Jenazah orang mati dibiarkan sekurang-kurangnya 24 jam sebelum diangkat dari tempat tidur umum (yang dipakai bersama pasien lain). Seringkali jenazah itu rusak dan membusuk, terbujur di samping pasien lain yang nyaris hilang kesadarannya.
Inilah perbandingan sederhana antara kondisi rumah sakit pada masa peradaban kita dengan kondisi rumah sakit Barat pada masa-masa itu. Ini merupakan sebuah perbandingan yang menunjukkan sejauh mana kerendahan keilmuwan yang dialami bangsa Barat ketika itu. Juga merupakan kebodohan yang nyata terhadap kaidah-kaidah rumah sakit, bahkan terhadap kaidah-kaidah kesehatan umum yang seharusnya.
Jadi, kesimpulan atas pembahasan ini adalah :
a.       Dalam pengaturan rumah sakit, peradaban kita lebih dahulu dari orang-orang Barat, sekurang-kurangnya tujuh abad.
b.      Rumah-rumah sakit kita berpijak pada rasa kemanusiaan yang mulia yang tak ada bandingannya dalam sejarah dan tidak pula dikenal oleh orang-orang Barat sampai sekarang.
c.       Kita adalah umat paling dahulu mengenal pengaruh besar musik, komedi dan sugesti dalam peyembuhan orang-orang sakit.
d.      Dalam mewujudkan solidaritas sosial kita telah mencapai batas yang tidak pernah dicapai oleh peradaban Barat hingga sekarang, yakni ketika kita memberanikan perawatan, pengobatan dan makanan kepada para pasien secara gratis. Bahkan kepada yang miskin kita memberikan sejumlah uang yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sampai mampu bekerja.
I.Perpustakaan Dalam Peradaban Islam
Dalam satu hal yang berkaitan dengan pembicaraan tentang badan-badan sosial dan keilmuan dan dalam peradaban kita adalah pembicaraan mengenai perpustakaan. Sekolah-sekolah dan badan-badan sosial yang diberi infak oleh para amir, hartawan dan ulama dimaksudkan agar ilmu pengetahuan tersebar di kalangan orang banyak, khususnya pada masa itu. Dari uraian ini kita bisa mengetahui dengan jelas bahwa dalam masyarakat kita pada masa silam berdirinya perpustakaan-perpustakaan lahir dari rasa kemanusiaan, sekaligus dari kecenderungan keilmuan.
Masyarakat kita pada masa silam lebih mengutamakan membaca buku daripada mendatangi orang-orang di majelis-majelis mereka. Mereka melihat kesukaan terhadap buku lebih dekat ke hati daripada kesukaan terhadap khalifah atau orang yang punya kekuasaan. Muhammad bin Abdul Malik Az Zayyat, wazir yang sastrawan, pernah mengasingkan diri di rumahnya selama beberapa waktu. Pada satu waktu Al Jahizh ingin mengunjunginya. Ia berpendapat hadiah terbaik yang akan diberikan kepada sahabatnya itu adalah buku dibawahi Imam bahasa Arab. Betul saja, betapa senangnya Wazir menerima hadiah itu. Ia berkata kepada Al Jahizh, Demi Allah, tidaklah engkau memberikan hadiah kepadaku yang lebih kusukai daripada buku ini.
Dengan roh keilmuan ini, para ulama, hartawan dan amir kita sangat mencintai buku. Mereka mengumpulkan buku sampai-sampai berpendapat bahwa bencana yang menimpa harta dan rumah mereka lebih ringan daripada bencana yang menimpa buku-bukunya. Dengan roh keilmuan ini mereka berlomba membeli karangan-karangan ilmiah dari para penulisnya begitu selesai ditulis. Dari roh keilmuan ini munculnya penyebaran perpustakaan-perpustakaan di berbagai penjuru dunia Islam. Amat jarang sekolah yang tidak mempunyai perpustakaan dan hampir tak ada sebuah desa pun yang tidak memiliki perpustakaan. Ibukota dan kota-kota besar penuh dengan perpustakaan-perpustakaan dengan bentuk yang tak ada bandingannya dalam sejarah masa-masa pertengahan. Perpustakaan pada masa itu ada dua macam, perpustakaan umum dan perpustakaan khusus.
1. Perpustakaan umum
Perpustakaan umum didirikan oleh para khalifah, amir, ulama dan hartawan. Untuk perpustakaan tersebut mereka juga menambahkan bangunan-bangunan khusus dan terkadang digabung dengan masjid-masjid dan sekolah-sekolah besar. Bangunan-bangunan khusus itu terdiri dari kamar-kamar yang dihubungkan oleh serambi-serambi yang luas. Buku-buku diletakaan di rak-rak yang terpancang di dinding-dinding. Setiap ruangan dikhususkan untuk satu cabang ilmu. Di situ terdapat serambi khusus untuk orang-orang yang muthala’ah (ruang baca) dan ruangan-ruangan untuk para penulis yang ingin menyalin buku-buku. Di sebagian perpustakaan terdapat pula ruangan untuk musik yang didatangi orang-orang muthala’ah untuk beristirahat dan refreshing. Ini merupakan salah satu keunikan peradaban kita. Disitu terdapat ruangan untuk halaqah-halaqah kajian dan diskusi keilmuan.
Secara keseluruhan perpustakaan dilengkapi dengan perkakas yang megah dan nyaman. Di sebagian perpustakaan terdapat pula ruang makan (untuk para pengunjung) dan ruang tidur (untuk pengunjung asing). Perpustakaan umum tersebut mempunyai pegawai-pegawai yang dipimpin oleh kepala perpustakaan yang juga seorang ulama paling tersohor pada masanya. Di situ juga ada petugas-petugas yang menyerahkan buku-buku kepada para pembaca, ada penerjemah-penerjemah yang menerjemahkan buku-buku asing, ada penyalin-penyalin yang menulis buku-buku dengan tulisan tangan mereka yang indah dan ada juga penjilid-penjilid yang menjilid buku-buku agar tidak rusak atau hilang. Selain itu, besar ataupun kecil, mempunyai katalog-katalog yang dijadikan rujukan untuk kemudahan penggunaan buku-buku. Katalog itu disusun berdasarkan bab-bab ilmu. Di samping itu pada setiap lemari dipasang daftar yang memuat nama-nama buku yang ada di lemari itu. Yang sudah dikenal dalam sistem perpustakaan ialah bahwa peminjaman buku untuk dibawa pulang biasanya diijinkan dengan membayar jaminan atas buku itu bagi orang kebanyakan, sedang bagi ulama dan orang-orang yang mempunyai keutamaan tidak dikenal ketentuan ini.
Sumber-sumber keuangan yang membiayai perpustakaan-perpustakaan itu antara lain berasal dari wakaf-wakaf yang didirikan secara khusus untuk itu dan ini sudah menjadi keadaan sebagian besar perpustakaan. Di samping itu ada juga buku-buku dari pemberian-pemberian para amir, hartawan dan ulama yang mendirikan perpustakaan-perpustakaan tersebut. Contoh perpustakaan umum :
a.      Perpustakaan Khalifah Dinasti Fatimiyah di Kairo
Perpustakaan ini sangat menakjubkan karena isinya berupa mushaf-mushaf dan buku-buku yang sangat berharga. Jumlah seluruh buku yang ada di situ mencapai dua juta eksemplar.
b.      Perpustakaan Darul Hikmah di Kairo
Perpustakaan ini mulai dibuka pada tanggal 10 Jumadil Akhir tahun 395 H, setelah dilengkapi perabotan dan hiasan. Pada semua pintu dan lorongnya dipasangi tirai. Di situ ditempatkan pula para penanggung jawab, karyawan dan petugas. Di situ dihimpun buku-buku yang belum pernah dihimpun oleh seorang raja pun. Perpustakaan itu mempunyai 40 lemari. Bahkan ada salah satu lemari yang membuat 18.000 buku tentang ilmu-ilmu kuno. Semua orang boleh masuk kesitu. Diantara mereka ada yang datang untuk membaca buku,menyalin atau untuk belajar. Disitu terdapat segala yang diperlukan (tinta, pena,kertas dan tempat tinta)
c.       Perpustakaan Baitul Hakam di Baghdad
Didirikan oleh Harun ar Rasyid dan mencapai puncak kebesarannya pada masa Al Ma’mun. Perpustakaan ini lebih menyerupai sebuah universitas yang di dalamnya terdapat buku-buku. Orang-orang berkumpul disitu, berdiskusi, muthala’ah dan menyalin buku. Disitu juga terdapat para penyalin dan penerjemah yang menerjemahkan buku-buku yang diperoleh Ar Rasyid dan Al Ma’mun dalam penaklukan-penaklukan Ankara, Amuria dan Cyprus.
d.      Perpustakaan Al Hakam di Andalus
Buku yang ada di situ sampai mencapai 400.000 buah. Perpustakaan ini mempunyai katalog-katalog yang sangat teliti dan teratur sehingga sebuah katalog khusus dewan-dewan syi’ir yang ada di perpustakaan itu mencapai 44 bagian. Di perpustakaan ini terdapat pula para penyalin buku yang cakap dan penjilid-penjilid buku yang mahir.
e.       Perpustakaan Bani Ammar di Tripoli
Di situ terdapat 180 penyalin yang menyalin buku-buku. Mereka bekerja secara bergiliran siang dan malam supaya penyalinannya tidak terhenti. Bani Ammar sangat gemar melengkapi perpustakaan dengan buku-buku yang langka dan baru. Mereka mempekerjakan orang-orang pandai dan pedagang-pedagang untuk menjelajah negeri-negeri dan mengumpulkan buku-buku yang berfaedah dari negeri-negeri yang jauh dan dari wilayah-wilayah asing.
2. Perpustakaan Pribadi
Perpustakaan-perpustakaan pribadi pada masa peradaban kita dahulu antara lain :
a.      Perpustakaan Al Fath bin Khaqan (terbunuh tahun 247 H)
Al Fath memiliki perpustakaan yang luas. Dia mengamanatkan pengumpulan buku-bukunya kepada seorang ulama dan sastrawan pilihan pada masanya, yaitu Ali bin Yahya al Munjim sehingga di perpustakaannya terkumpul buku-buku hikmah yang sama sekali belum pernah terkumpul di perpustakaan hikmah sendiri.
b.      Perpustakaan Ibnu Khasyab (Wafat tahun 567 H)
Dia sangat gemar kepada buku hingga mencapai batas tamak. Kegemarannya ini memaksakannya menempuh jalan tak terpuji dalam mengumpulkan buku. Jika ia datang ke pasar buku dan ingin membeli sebuah buku, ia merobek sebagian kertasnya ketika orang-orang sedang lalai agar ia bisa mendapatkannya dengan  harga murah. Jika ia meminjam buku dari seseorang kemudian orang itu memintanya kembali maka dia berkata “ada kesangsian antara aku dan buku-buku itu sehingga aku tidak bisa mengembalikannya”
c.       Perpustakaan Jamaluddin al Qifthi (Wafat tahun 646 H)
Perpustakaannya selalu dituju oleh orang-orang dari berbagai penjuru karena mengharapkan kemurahan dna kedermawanannya. Ia tidak mencintai dunia selain buku-bukunya. Ia mewakafkan dirinya untuk buku-buku.ia mewasiatkan perpustakaannya yang bernilai 50 dinar kepada AN Nashir.
d.      Perpustakaan Bani Jaradah al Ulama di Haleb
Salah seorang dari bani itu, Abul Hasan bin Abi Jaradah (548 H) menulis dengan khat-nya buku-buku berharga sebanyak tiga lemari. Satu lemari untuk anaknya, Abu Barakat, dan satu lemari untuk anaknya, Abdullah
e.       Perpustakaan Muwaffaq bin Muthran ad Dimasqi  (587 H)
Ia mempunyai semangat tinggi untuk mendapatkan buku sehingga tatkala telah meninggal di lemarinya terdapat buku-buku kedokteran dan buku-buku lain sebanyak 10.000. untuk membantunya, ada tiga orang penyalin yang selalu menuliskan untuknya. Para penyalin itu diberi gaji dan nafkah. Itulah beberapa contoh perpustakaan umum dan perpustakaan pribadi yang pernah memenuhi peradaban kita pada masa silam. Hal ini membuktikan, betapa tingginya kita menjunjung keilmuan.
Petaka yang menimpa Perpustakaan Dunia Islam
Petaka itu ditimpahkan oleh tentara Tatar ketika mereka menaklukan Baghdad. Yang pertama kali dihancurkan sebelum menghancurkan yang lain adalah perpustakaan. Tentara Tatar yang biadab melemparkan semua buku yang mereka dapatkan di perpustakaan-perpustakaan umum ke sungai Dajlah sehingga sungai itu penuh dengan buku-buku. Sampai-sampai seorang penunggang kuda bisa melintas di atasnya dari tepi ke tepi sungai. Air sungai tetap hitam pekat selama berbulan-bulan lantaran tercampur dengan tinta buku-buku yang ditenggelamkan ke situ.
Petaka perang Salib juga telah membuat ktia kehilangan perpustakaan-perpustakaan paling berharga yang ada di Tripoli, Maarrah, Al Quds, Ghazzah, Asqalan, dan kota-kota lainnya yang dihancurkan mereka. Salah seorang sejarawan menaksir, buku-buku yang di musnahkan tentara salib di Tripoli sebanyak tiga juta buah. Petaka penduduk Spanyol atas Andalus juga telah membuat kita kehilangan perpustakaan-perpustakaan besar yang diceritakan sejarah dengan mencengangkan. Semua buku di bakar oleh pemeluk-pemeluk agama yang fanatik. Bahkan buku-buku yang dibakar dalam sehari di lapangan Granada menurut taksiran sebagian sejarawan berjumlah satu juta buku. Petaka-petaka umum itu beralih kepada petaka-petaka akibat fitnah-fitnah intern. Perpustakaan para khalifah dinasti Fatimiyah berakhir riwayatnya karena di serang oleh masa dari kalangan budak Turki. Mereka menyalakan api di dalam perpustakaan itu dan seorang budak membagi-bagi cover-cover buku, kemudian dijadikan sandal-sandal yang mereka pakai. Sejumlah besar buku mereka lempar ke sungai Nil dan sebagian diangkut ke wilayah-wilayah lain, sedang sisanya diterbangkan angin sehingga menjadi gundukan buku.
Petaka paling aneh yang menggelikan adalah yang diperbuat oleh orang-orang dungu terhadap ilmu dan buku. Amir bin Fatik, salah satu amir Mesir di abad ke-5 H mempunyai sebuah perpustakaan yang besar. Sebagian waktunya digunakan untuk duduk disitu. Ia mempunyai seorang istri keturunan bangsawan tetapi dirasuki cemburu terhadap buku-buku terebut (karena suaminya begitu gemar membaca dan mencintai buku-bukunya). Ketika Amir bin Fatik wafat maka si istri besertra pelayan-pelayannya mendatangi perpustakaannya. Ia begitu sakit hati terhadap buku-buku tersebut karena telah melalaikan suaminya dari dirinya. Ia menangisi dan meratapi suaminya sambil melemparkan buku-buku itu ke kolam besar di tengah rumah (dengan dibantu oleh para pelayannya). Begitulah yang diperbuat seorang istri yang marah karena suaminya mencintai buku. Ia menuntut balas kepada buku-buku itu setelah suaminya wafat.
J.Majelis dan Forum Keilmuan
Majelis dan forum keilmuan dalam peradaban kita mempunyai pengaruh besar dalam penyebaran kebudayaan, penyiaran ilmu, pengangkatan kelas sosial dan rasa keilmuan di lingkungan kebudayaan. Di ibukota-ibukota besar kita banyak sekali terdapat majelis dan forum-forum ilmiah selain sekolah, lembaga dan perpustakaan. Majelis-majelis, baik yang khusus maupun yang umum. Majelis-majelis itu digunakan sebagai perlombaan keilmuan, kesusastraan dan kefilsafatan. Majelis-majelis ini banyak dan bermacam-macam. Majelis di lingkungan para khalifah dipimpin langsung oleh khalifah sendiri. Penyelenggaraannya digabung dengan para ulama, sastrawan, dan ahli-ahli fiqih yang termasyhur di ibukotanya. Majelis-majelis para khalifah berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban Islam dan pertumbuhan kebudayaannya. Pada masa Khulafaur Rasyidin, majelis-majelis itu membicarakan urusan-urusan negara dan tindakan-tindakan para penguasa. Majelis serupa dengan parlemen dimana para pembesar membicarakan berbagai urusan dan perkara yang menyangkut kepentingan negara.
Pada masa Bani Umayyah majelis-majelis para khalifah menjadi majelis-majelis sastra, hikmah, dan syi’ir. Suatu hari Abdullah ibnu Hasyim menghadiri majelis Muawiyah. Muawiyah bertanya, siapa yang bisa memberitahu akan mengenai al jud, an najdah, dan al muruah? Abdullah menjawab, Wahai amirul mukminin, al jud adalah mendermakan harta pemberian sebelum diminta, an najdah ia berani maju dan sabar ketika mengalami cobaan, sedang al muruah ia keshalehan dalam agama, memperbaiki keadaan dan melindungi tetangga.
Setelah majelis-majelis para khalifah berkembang pada masa dinasti Abbasiyah sehingga majelis ini termasuk majelis yang paling cemerlang mengenai perlengkapannya yang bagus, ruangannya yang luas, ilmuan dan sastrawannya pun beraneka ragam. Ini selain majelis-majelis ringan yang didominasi oleh warna kesastraan dengan segala yang diungkapan di dalamnya berupa pembicaraan mengenai syi’ir dan para penyair serta penafsiran kata-kata yang disenandungkan oleh penyanyi. Diantara khalifah-khalifah bani Abbas yang paling masyhur dalam kemegahan majelisnya dan kecemerlangannya adalah Ar Rasyid dan Al Ma’mun. Di majelis-majelis Ar Rasyid selalu berkumpul tokoh-tokoh ilmuan dari setiap cabang seni dan ilmu. Pelopor-pelopor majelis dari kalangan penyair dalam peradaban kita antara lain, Abu Nuwas, Abu Atahiyah, Di’bil,Al-Ma’ Muslim bin Walid, dan Abbas bin Ahnaf. Dari kalangan fuqaha antara lain Abu Yusuf, As Syafi’i, Muhammad bin Hasan. Dari kalangan ahli bahasa yaitu Abu Ubaidah, Asmai, dan Al Kisai. Dari kalangan sejarawan yaitu Al Waqidi (sejarawan yang tersohor). Dari kalangan penyanyi yaitu Ibrahim al Mousili yang berlangsung dan puteranya, Ishaq.
Salah satu contoh perdebatan sastra yang berlangsung di majelis Ar Rasyid adalah sebagai berikut :
Suatu hari di sisi Ar Rasyid berkumpul Sibawaih, Al Kisai, dan guru-guru besar bahasa dan sastra. Al Kisai mengklaim bahwa orang Arab mengatakan : kuntu azhunnuz zanbura asyadda las’an minan nahlah, faidza huwa iyyaha (aku kira tabuhan lebih keras sengatannya daripada tawon, ternyata sama saja). Sibawaih berkata, “yang benar adalah faidza huwa hiya”. Maka terjadilah perdebatan panjang antara Al Kisai dengan Sibawaih. Mereka akhirnya bersepakat untuk merujuk kepada orang Arab asli yang perkataannya berssepakat tidak tercampur oleh perkataan penduduk kota. Ar Rasyid sangat mencintai dan memperhatikan Al Kisai karena sebelum menjadi khalifah ia selalu diajari berbagai hal oleh al Kisai. Maka Ar Rasyid mengundang seorang Arab asli dan ia bertanya mengenai perkataan tersebut. Orang Arab asli tersebut mengucapkan kalimat seperti yang diucapkan Sibawaih. Ar Rasyid berkata kepadanya, “kami ingin engkau mengucapkannya seperti yang diucapkan oleh Al Kisai”. Orang itu berkata, “lidahku tidak dengan mereka bahwa jika mereka menanyainya tentang masalah itu, kemudian yang benar harus salah seorang dari keduanya maka benar adalah al Kisai.” Hal itu berlangsung di tengah hadirin yang banyak. Sibawaih pun tahu bahwa mereka menentangnya untuk Al Kisai. Ia ke luar dari Baghdad dengan sedih. Dikatakan, tak lama kemudian ia meninggal dalam keadaan berduka.
Majelis-majelis Al-Ma’mun merupakan majelis ilmiah yang paling cemerlang dalam sejarah peradaban Islam, karena Al-Ma’mun sendiri termasuk ulama ahli pikir. Istananya penuh dengan tokoh-tokoh besar dari kalangan ilmuwan, sastrawan, penyair, dokter dan filsuf yang didatangkannya dari berbagai penjuru kerajaannya.
Tak ketinggalan kami sebutkan pula toko-toko buku juga merupakan majelis-majelis bagi para ulama (ilmuwan). Di situ mereka saling mengungkapkan pembicaraan yang terbaik tentang ilmu. Setiap orang berbicara tentang ilmu yang menjadi spesialisasinya. Penjual-penjual buku kebanyakan sastrawan-sastrawan yang berpendidikan. Mereka memanfaatkan pekerjaan mereka untuk memenuhi kegairahan mereka di bidang ilmu. Ibnu Nadim, pengarang buku Al Fihrisat dan Yaqut pengarang buku Mu’jamul Udaba, mereka semua adalah penjual buku.
Di sini memang tidak membicarakan majelis-majelis para fuqaha, ahli hadits dan para penasehat, karena hal itu sudah umum dan tersebar di setiap kota dan desa. Singkat kata, peradaban kita pada masa-masa kejayaannya telah memenuhi dunia Islam dengan cahaya ilmu yang menyelubungi rumah-rumah, masjid-masjid, sekolah-sekolah, forum-forum, majelis-majelis, dan toko-toko sehingga benarlah apa yang dikatakan oleh Gustave Lebon. Katanya, kecintaan bangsa Arab terhadap ilmu besar sekali. Mereka telah mencapai derajat kebudayaan yang tinggi setelah mereka menyelesaikan penaklukan-penaklukan dalam waktu yang sangat singkat. Karena itulah mereka mampu menciptakan sebuah peradaban yang membuat ilmu-ilmu, sastra-sastra dan seni-seni menjadi matang dan mencapai puncaknya.

dikutip dari buku PERADABAN ISLAM karya Musthafa As-Siba'i

2 komentar:

  1. oia lupa.. ini tulisan hasil kerjasama bareng "PA'UL" (temen sekelas)

    BalasHapus
  2. bang makasih ya...membantu sekali

    BalasHapus